Selasa 16 Jan 2018 13:21 WIB

Dewan Palestina: Peran AS dalam Mediasi Perdamaian Usai

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina di Ramallah, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Sejumlah delegasi di pertemuan Dewan Pusat Palestina (PCC) menyatakan, peran Amerika Serikat (AS) dalam memediasi proses perdamaian antara Palestina dan Israel saat ini telah usai.

Mereka mendukung pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahwa AS telah mendiskualifikasi dirinya sendiri dari proses tersebut karena secara sepihak telah mendukung Israel. Hari kedua pertemuan dewan diperkirakan akan terus berlanjut hingga Senin (15/1) malam dalam sesi tertutup.

Mohammed Daraghmeh, seorang dosen di Universitas Bir Zeit dan jurnalis veteran, mengatakan Presiden Abbas telah mengumumkan untuk mengakhiri proses perdamaian.

"Menurut saya, pidato (Abbas) tersebut mencerminkan sebuah demonstrasi publik terhadap Trump namun secara umum jelas proses perdamaian telah selesai dan Abbas tidak akan kembali ke sana," kata Daraghmeh.

Issa Amro, pemimpin delegasi Palestina dari Hebron, mengatakan kepada Arab News, ia mendukung Presiden Abbas yang mendorong adanya perlawanan tanpa kekerasan.

"Jika kepemimpinan serius dalam mendukung antikekerasan, mereka perlu memahami: dibutuhkan upaya dan sumber daya yang sama seperti perlawanan militer. Diperlukan perekrutan, pelatihan, dan kesadaran di semua tingkat, mulai dari sekolah, untuk dapat mencapai puncak perlawanan tanpa kekerasan dengan pembangkangan sipil secara nasional," ujar Amro.

Baca juga, Mengapa Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel?

Menurutnya, upaya semacam itu harus diintegrasikan ke dalam strategi semua gerakan di Palestina. Ia mengatakan, memberikan retorika saja tidak cukup jika tidak melakukan aksi apapun. "Jika mereka serius maka Abbas harus bertindak sebagai pemimpin, bukan sebagai birokrat," ungkapnya.

Namun, Amro mengkritik Abbas yang menyatakan Palestina akan sulit menjangkau orang-orang Israel karena sebagian besar dari mereka telah beralih ke sayap kanan.

"Ya, ada beberapa orang Israel yang benar-benar mendukung kita tapi mayoritas tidak. Yang perlu kita lakukan adalah bekerja dengan orang-orang Yahudi di seluruh dunia untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Israel telah mempraktikkan apartheid melawan orang-orang Palestina," jelas Amro.

Hamadeh Faraneh, anggota Dewan Nasional Palestina (PNC) juga memuji pernyataan Presiden Abbas dan meminta diadakannya pertemuan bagi anggota PNC. Faraneh juga menyatakan dukungannya terhadap seruan untuk bekerja sama dengan aktivis sayap kiri dan aktivis perdamaian Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement