REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara yang terbakar pada Selasa (16/1) pagi, baru selesai direnovasi pada November 2017. Kebakaran ini menyebabkan tak sedikit benda bersejarah yang ada di dalam museum mengalami kerusakan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kerusakan benda bersejarah tak ternilai harganya. Benda-benda tersebut adalah warisan sejarah yang menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dan tak akan pernah bisa dinilai dengan uang.
"Tadi ada yang tanya berapa nilai kerugiannya, kalau barang-barang seperti ini priceless, enggak bisa dinilai dengan rupiah," kata dia di lokasi kebakaran, Selasa (16/1).
Anies mengatakan, prioritas saat ini setelah terjadinya kebakaran adalah memastikan bara yang tersisa akibat kebakaran benar-benar tidak ada. Langlah selanjutnya yakni menyelamatkan benda-benda bersejarah. Semua koleksi museum yang masih bisa diselamatkan akan segera dievakuasi.
Dia menambahkan, barang-barang yang terbakar, pihak UPT Musem telah memiliki dokumentasinya. Anies berharap, barang-barang bersejarah yang rusak bisa dibuatkan replikanya sehingga bisa menjadi bagian dari sejarah Museum Bahari.
"Begitu pemadaman nanti total selesai, maka semua koleksi diamankan. semua yang terkena air dibersihkan dan dipastikan bahwa dengan yang ada bisa beroperasi lagi," ujar dia.
Anies mengatakan, untuk sementara Museum Bahari akan diisolasi dari semua orang yang tidak berkepentingan. Museum untuk sementara hanya boleh dimasuki oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyelematkan koleksi benda bersejarah.
Meski baru selesai direnovasi pada November 2017, Anies menyebut bangunan ini telah diasuransikan. Bangunan yang dibangun pada 1771 ini menjadi cagar budaya dengan catatan sejarah panjang. Sepanjang waktu itu, bangunan ini jadi tempat penyimpanan rempah-rempahnya VOC waktu itu.
"Jadi ini salah satu gedung memang punya catatan sejarah panjang. Di Jakarta tempat-tempat seperti ini akan kita amankan," imbuhnya.