Selasa 16 Jan 2018 14:38 WIB

Sejarah Stand Up Comedy Masuk Indonesia

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Karta Raharja Ucu
Iwel Sastra
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Iwel Sastra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melawak sendiri atau lawak tunggal di atas panggung sudah hadir di dunia hiburan Indonesia sejak 1950-an. Nama-nama seperti Bing Slamet, Iskak, S Bagyo dan Eddy Sud merupakan deretan jawara melawak tunggal. Dalam perkembangannya, mereka juga bergabung dengan grup lawak.

Di medio 1980-an, lomba lawak tunggal memunculkan nama lain seperti Atet Zakaria, Nana Krip, dan Memet Mini. Selain itu, ada grup lawak yang berasal dari pelawak tunggal, Sersan Prambors, yang beranggotakan Pepeng, Nana Krip, Krisna Purwana, Sys Ns dan Mukhlis.

Era 1990-an memunculkan nama Taufik Savalas. Asisten grup lawak Warkop DKI itu lebih dikenal sebagai pembawa acara ketimbang pelawak tunggal. "Tren pada saat itu, kalau ngelawak harus ngegrup, minimal tiga orang dan maksimal lima orang," kata pelopor stand up comedy di Indonesia, Iwel Sastra.

Saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (14/1) malam, Iwel menyebut lawak tunggal berbeda dari stand up comedy . Iwel menuturkan materi stand up comedy memiliki pakem sendiri dalam materi. Sedangkan untuk lawak tunggal, ada kebebasan dalam menyampaikan materi. "Beat-nya tidak boleh panjang-pajang, ada dua pakem stand up, yaitu set up dan punch line," lanjut Iwel.

Menurut Iwel, set up adalah bagian yang tidak lucunya, menceritakan atau menjelaskan kejadian. Sedangkan punch line adalah bagian lucu.

"Punch line yang buat penonton ketawa. Tapi bagian set up jangan terlalu banyak. Karena jika terlalu banyak malah jadi anekdot," kata pria 44 tahun ini.

Iwel merawikan bagaimana dia dapat disebut masyarakat sebagai pelopor stand up comedy di Indonesia. Pada 1989, Iwel merantau ke Jakarta dan bergaul dengan komunitas pelawak. Seperti di rumah S Bagyo di Jakarta Selatan, Eddy Sud di Jakarta Timur atau Radio SK di Pakubuwono. Iwel menuturkan tiga komunitas tersebut yang menjadi tempat kumpulnya para pelawak papan atas.

"Selama saya bergaul dengan para pelawak ini, baik tunggal maupun grup, saya belum pernah mendengar satupun di antara mereka menyebutkan istilah stand up comedy ataupun menyatakan diri sebagai stand up comedian," kenangnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement