Selasa 16 Jan 2018 18:00 WIB

Elizabeth I Jaga Hubungan Inggris dengan Dunia Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Seiring mengalirnya uang ke pundi-pundi milik Inggris, Elizabeth mulai menulis surat berisi puja-puji kepada mitranya, sultan Turki Utsmani. Kepada kubu Katolik, Elizabeth mem pertegas sikap dengan menyatakan diri berada di garda depan menolak penyembahan terhadap patung.

Seperti Muslim, Protestan menolak menyembah benda dan mengakui bahwa pe nyembahan kepada Tuhan tak butuh perantara. Sementara Katolik menggunakan keuskupan sebagai jembatan penghubung antara hamba dan Tuhannya.

Dua sikap Elizabeth terhadap dua kubu ini dilakukan dengan baik. Ribuan pedagang Inggris bisa menjangkau pasar-pasar yang hari ini mung kin tak terbayang pernah dijamah, seperti Aleppo di Suriah dan Mosul di Irak.

Dinasti Turki Utsmani sendiri melihat ke mampuan Inggris untuk menarik orang dari berbagai keyakinan untuk bekerja sama merupakan kekuatan, bukan ancaman. Bahkan, beberapa tokoh kenamaan Inggris menyatakan keesaan Allah SWT dan kebenaran Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Mungkin me reka melihat ajaran Islam lebih baik dibanding ajaran Protestan yang mereka anut.

Aristrokrat Inggris begitu terkesan dengan sutra dan rempah-rempah dari Timur. Namun, Turki dan Monako tidak tertarik dengan wol Inggris. Mereka lebih tertarik dengan senjata. Sebagai balas budi, Elizabeth menyerahkan logam yang dikumpulkan dari gereja-gereja Ka tolik, termasuk lonceng-lonceng gereja kepa da Turki.

Ratu juga melakukan hal serupa dengan Maroko, Inggris menjual senjata untuk membeli kalium nitrat sebagai bahan mesiu dan gula agar Elizabeth tetap bisa mencicipi makanan manis kesukaannya.

Gula, sutra, karpet, dan rempah jadi unsur yang membentuk pola konsumsi, dekorasi, dan busana orang Inggris. Kata seperti candy (per men) dan turkuwaz (batu biru dari Turki) jadi jamak di telinga warga Inggris. Bahkan, William Shakespeare mendapat inspirasi tulisan Othello setelah duta besar Maroko berkunjung ke Inggris selama enam bulan.

Meski perseroan dan kerja sama komersial Inggris dengan dunia Islam terbilang sukses, eko nomi Inggris tetap tak bisa bertahan. Pascakematian Elizabeth pada 1603 M, Raja James I yang menggantikannya lebih memilih kembali ke Spanyol dan mengakhiri masa keterasingan Inggris dari Eropa.

Kebijakan yang Elizabeth buat selama men jalin hubungan baik dengan dunia Islam, ter utama model perseroan menjadi model yang ber tahan sampai sekarang. Model ini juga yang dipakai untuk membiayai Victoria Company yang merupakan perusahaan koloni Inggris pertama di Amerika Utara.

Islam dalam segala manisfestonya, baik ke kuasaan, militer, maupun perdagangan, punya peran penting dalam sejarah Inggris. Hari ini, saat retorika anti-Islam merebak di Eropa, melihat kembali sejarah masa lalu mungkin jadi berguna.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement