Selasa 16 Jan 2018 16:41 WIB

Ada Rencana Impor, Harga Beras Tetap Tinggi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Harga Beras Naik. Pembeli memilih beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (11/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Harga Beras Naik. Pembeli memilih beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (11/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang masih belum mengalami penurunan, meskipun telah ada keputusan impor beras. Harga beras masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu sekitar Rp 11 ribu per kilogram.

Berdasarkan Permendag Nomor 57/2017 HET beras medium ditetapkan sebesar Rp 9.450 per kg, sedangkan beras premium dengan harga Rp 12.800 per kg. Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid mengatakan bahwa harga beras akan mulai turun saat beras impor sudah mulai tersedia di pasar.

"Impor belum masuk, jadi harganya masih biasa Rp 11 ribu. Kalau sudah masuk, baru ada perubahan. Apalagi saat ini stok beras kurang sedangkan permintaan konsumen tinggi," ujar Zulkifly kepada Republika.co.id, Selasa (16/1).

Melihat stok beras yang saat ini tidak mencukupi, sedangkan permintaan konsumen terus besar, ia berharap stok beras impor segera tiba. Menurutnya operasi pasar baru-baru ini tidak menarik minat konsumen karena kualitas beras yang kurang bagus.

Nantinya apabila beras impor telah masuk ke pasaran, kata dia, harga akan mulai normal dan bisa sesuai dengan HET. Namun, menurut Zulkifly, hal tersebut tidak berlaku untuk harga beras hasil panen petani. Sebab, HET tidak menyesuaikan dengan kondisi petani saat memproduksi beras. Musim panen raya beras akan dimulai pada Februari mendatang.

"Beras impor boleh di HET tapi hasil panen petani tidak mungkin bisa di HET. Mana mungkin kita HET hasil petani, kita kan tidak tahu berapa modal mereka. Kalau biasanya 1 hektare mereka menghasilkan 4- 6 ton, sekarang jadi 3 ton, bagaimana mau HET harga petani?" tuturnya.

Apabila hasil panen petani bagus atau banyak, kata Zulkifly, nantinya harga beras bisa berada di bawah HET yaitu di kisaran Rp 7.500 - 8.000 per kilogram. Sedangkan paling mahal yaitu sebesar Rp 10 ribu atau Rp 10.500.

Menurutnya, petani tidak perlu khawatir beras impor akan mempengaruhi harga di tingkat petani. Karena nantinya saat panen, beras impor tidak akan dikeluarkan. Selain itu, konsumen juga lebih menyukai beras lokal.

"Beras panen, beras impor pun nggak akan laku nanti. Karena beras kita, rasanya lain, lebih enak, daripada beras impor dari Vietnam dan Thailand," katanya.

Berdasarkan laman Foodstation.co.id, pengelola pasar induk beras Cipinang, Selasa (16/1), tercantum beras jenis Cianjur kepala dijual dengan harga Rp 14.700 per kilogram, Cianjur slyp (Rp 13.400), setra (Rp 13.550).

Jenis lainnya, yaitu saigon (Rp 12.825), muncul I (Rp 12.800), muncul II (Rp 12.075), muncul III (Rp 11.450), IR-64-I (Rp 12.575), IR-64-II (Rp 11.950). Lalu IR-64-III dijual dengan harga Rp 8.900, IR-42 (Rp 12.600).

Baca juga: Bulog Sebagai Importir Tunggal Dinilai Rawan Monopoli

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement