REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memimpin Rakor Penanganan Sungai Citarum di Aula Barat Gedung Sate, Bandung, Selasa (16/1). Menurut Luhut, mulai pertengahan Januari semua tim terpadu mulai membenahi Sungai Citarum dari hulu.
"Nanti limbahnya menjadi satu, airnya layak untuk diminun lagi, apakah 5 atau 10 tahun terjadi, tapi harus mulai dibenahi dari sekarang," ujar Luhut kepada wartawan.
Luhut mengatakan, pembenahan Sungai Citarum sekarang adalah untuk generasi nanti. Karena, mungkin untuk 1 atau 2 tahun hasilnya belum akan terlihat. Karena, ini harus konsisten. Sosialisasi pun, menjadi penting.
"Masyarakat Jabar yang langsung mengalami ini harus bertekad. Apa mau nanti generasi selanjutnya terkontaminasi logam-logam berat. Bisa diminum Paling tidak lima tahun, ya awal ini," katanya.
Luhut berharap, dalam lima tahun air Citarum sudah mulai baik. Jadi, industrinya memiliki IPAL, masyarakatnya memiliki MCK dan tak ada yang membuang kotoran ke sungai.
"Kementerian industri buat IPAL, dibikin di area situ, dibayar situ. Kami menerima masukan semua dan mengevaluasi karena selama semua yang kita lakukan ga terintegrasi," katanya.
Saat ditanya tentang anggaran, Luhut mengatakan, ADB telah menawarkan dana cukup besar sekali ke Bappenas. Namun, pihaknya sedang melihat apa perlu dana sampai sebanyak itu jadi harus dievaluasi.
"Tapi masalah dana hampir tidak ada masalah. Kan Rp 200 triliun belum tentu diambil, kita lihat nanti," katanya.
Belum lagi, kata dia, dana dari Bapenas masih cukup. Sekarang, banyak dana dari kementerian tapi belum disinergikan semua. "Dana cukup besar beberapa triliun, baik dari PU Pera, lingkungan, dan internasional banyak," katanya.
Luhut menilai, Sungai Citarum menjadi sangat penting karena luasnya mencarpai 297 KM. Dari luas tersebut, 80 persen berada di daerah Jakarta dan Jabar. Kalau airnya kena logam berat maka sayur, ternak terkontaminasi.
Bahkan, berdasarkan hasil penelitian ibu-ibu yang sedang hamil makan ikan dari air tersebut hampir pasti anaknya kena masalah stunting. "Kalau orang Jabar pada pendek gimana. Kita hajar saja ramai-ramai kita gak banyak pilihan," katanya.
Masalah sungai Citarum, kata dia, bukan hanya soal masalah kerusakan hutan. Karena, limbah saat ini sudah mencapai 20,4 ton per hari kotoran organik dan non organik. Kotoran hewan dan manusia, sudah mencapai 35 ton. Ia berharap,semuanya kompak membenahi sungai Citarum.
"Saya mohon ke Pemda terlibat membantu Satgas. Citarum seluas 297 kilometer ini dibagi 22 sektor dikordinasikan kolonel TNI, ada ahli hukum, lingkungan dan lain-lain," katanya.