REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran rumah singgah anak jalanan sangat penting untuk mengentaskan mereka dari jalan. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 2.205 anak menjadi binaan 20 rumah singgah yang terdaftar di Dinas Sosial DKI Jakarta.
Salah satu rumah singgah di Jakarta Utara, Rumah Singgah Yayasan Himmata (Himpunan Pemerhati Masyarakat Marginal Kota) saat ini memiliki 359 anak yang terdaftar di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Sebagian besar anak-anak tersebut kini sudah tidak pernah turun ke jalanan karena disibukkan oleh kegiatan sekolah.
"Jadi kami mencoba membuat sesuatu yang menarik supaya anak-anak dengan sendirinya mau datang ke sekolah. Yang jadi daya tarik itu ekskulnya, kami ada band, seni tari, teater, sepak bola. Nanti mereka kan tertarik ingin ikut, lama kelamaan ikut belajar di sekolah juga," kata salah satu pendiri Yayasan Himmata, Sarkono, Selasa (16/1).
Salah satu anak binaan bernama Daka (15) mengatakan saat ini ia sudah tidak pernah turun ke jalanan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah atau membantu buruh bangunan. "Dulu mah ngamen, kalau ngamen biasanya malam. Kalau sekarang sekolah di sini, kalau ada panggilan ya bantu bangun masjid," kata Daka.
Hal yang sama diungkapkan Icha (14). Ia bercerita bahwa kegiatannya banyak mengamen. Akan tetapi, ia biasa mengamen pada hari libur sekolah. Selebihnya, ia memilih untuk sekolah.
Sarkono mengatakan, memang saat ini masih ada anak binaannya yang bekerja di jalanan. Akan tetapi, sedikit demi sedikit jumlah mereka berkurang dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu di sekolah.
Sementara itu, Rumah Singgah Kurnia yang juga berlokasi di Jakarta Utara, kini memiliki 331 anak binaan. Anak-anak tersebut saat ini ada yang sebagian mendapatkan beasiswa dan sekolah di luar kota. Sedangkan sebanyak 20 anak tinggal di asrama yang terletak di kawasan Plumpang Semper, Jakarta Utara.
"Mereka sudah lama di sini, enggak pernah ke jalanan lagi. Kalau ditanya tentang jalanan mereka enggak mau. Mereka juga enggak mau disebut anak jalanan," tutur pendiri Rumah Singgah Kurnia, Kurniasih.
Terkait kejahatan di jalanan, anak-anak tersebut mengungkapkan tidak banyak kejadian yang merugikan mereka. Menurut pengakuan anak jalanan lain, Maulana (14) kejahatan yang ia terima biasanya dari preman setempat. "Biasanya dipalakin. Dia minta Rp 10 ribu. Ya saya kasih," kata Maulana.
Masing-masing anak tersebut memiliki alasan berbeda tentang agaimana akhirnya anak-anak jalanan tersebut mau dibina oleh rumah singgah. Maulana mengungkapkan, ia ingin banyak belajar agama.
Sementara itu, Daka dan Icha mengikuti pembinaan karena ingin sekolah. Beruntung, orang tua mereka mendukung keinginan tersebut.
Selama tahun 2017, jumlah anak jalanan mengalami penurunan. Menurut Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Masrokhan, penurunan jumlah tersebut sebesar 45 persen. "Berdasarkan data, yang terkena penjangkauan jalanan pada 2016 ada 14.808 orang. Sedangkan tahun 2017 total penjangkauan sebanyak 8.143 orang," kata Masrokhan.