Selasa 16 Jan 2018 21:21 WIB

Emil: Pembuatan Pipa Gendong untuk Kurangi Limbah Citarum

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Nelayan melintasi sungai Citarum di kawasan Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (15/1).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Nelayan melintasi sungai Citarum di kawasan Rajamandala, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil mengusulkan beberapa ide untuk mengatasi limbah Citarum. Salah satunya, pembuatan pipa gendong untuk mengurangi limbah rumah tangga yang masuk ke Sungai Citarum. Inovasi ini diyakini bisa menjadi solusi konkret jangka pendek untuk memperbaiki kualitas air sepanjang Sungai Citarum.

"Sebelumnya, gagasan ini pernah disampaikan ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, namun belum terealisasi," ujarRidwan Kamil yang akrab disapa Emil usai menghadiri Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Citarum Harum di Gedung Sate, Selasa (16/1).

Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Panjaitan dan dihadiri pula oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto serta Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar.

Emil menjelaskan, pipa gendong adalah pipa raksasa untuk menampung pipa-pipa kecil pembuangan dari rumah-rumah sepanjang sungai yang biasanya langsung mengalir ke sungai. Jadi, kotoran dari pembuangan di pipa raksasa itu secara reguler dalam jangka waktu tertentu bisa disedot untuk kemudian dibuang ke tempat yang lebih memadai.

Emil menilai, permasalahan yang dihadapi di Kota Bandung saat ini adalah banyaknya pemukiman yang berada di bantaran sungai yang posisinya membelakangi sungai. Sehingga, membuat limbah-limbah kotoran seringkali dialirkan ke sungai.

"Mereka batas ruang belakangnya (rumahnya) kan menghadap ke sungai. Memindahkan pemukimannya kan nggak mudah. Maka, jangka pendeknya adalah minimal buangan ke sungainya tidak langsung, katanya. Emil berharap, ide pipa gendong ini bisa mengurangi volume limbah yang setiap hari masuk ke Daerah Aliran Sungai (DAS) AS Citarum.

Perlu diketahui, setiap hari ada 20,4 ribu ton limbah organik dan anorganik yang masuk ke Citarum dari hulu ke hilir.. Dari jumlah tersebut, 71 persennya tidak bisa terangkut.

Selain itu, aliran sungai sepanjang 297 km itu juga dicemari dengan kotoran manusia dan ternak sebanyak 35-65 ton perhari, serta 280 ton limbah kimia. Data juga menunjukkan adanya peningkatan kandungan logam berat dan bakteri E.coli yang melebihi batas aman. Padahal, sungai tersebut dimanfaatkan oleh 27,5 juta warga DKI Jakarta dan Jawa Barat, menjadi sumber air minum 80 persen penduduk DKI Jakarta, serta mengaliri 420 ribu hektar lahan pertanian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement