Rabu 17 Jan 2018 04:20 WIB

Kemensos Kirimkan 16 Ribu Paket Makanan untuk Asmat

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi pengidap gizi buruk
Foto: Antara/Novrian Arbi
Ilustrasi pengidap gizi buruk

REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Kemeterian Sosial mengiirmkan bantuan makanan untun mengatasi kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupatern Asmat, Papua. Sebanyak 16 ribu paket makanan kaleng senilai 725 juta rupiah telah dikirim ke Timika, Papua pada Ahad (14/1). Pendistribusian dilakukan secara bertahap sejak Senin (15/1) pada masyarakat terdampak di Kabupaten Asmat.

"Paket lauk pauk A,B,C,D telah dikirimkan bersama tim Kemensos ke Asmat. Jumlah tersebut bisa ditambah sewaktu-waktu sesuai kondisi di lapangan," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Kota Banjar, Jawa Barat, pada siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (16/1).

Khofifah menuturkan bahwa Kemensos dan Dinas Sosial setempat telah mengirimkan bantuan logistik berupa tiga ton beras, 200 lembar selimut, 200 matras, 2 tenda keluarga dan 50 food ware. "Sebagai langkah awal, bantuan pangan diupayakan dari wilayah yang berbatasan dengan Asmat. Tim juga membawa makanan berupa umbi-umbian," kata dia.

Menteri Sosial menerangkan bahwa Distrik Agats sebagai Ibukota Kabupaten Asmat telah tersentuh bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Beras Sejahtera sejak 2016 lalu. Bantuan tersebut disalurkan melalui Pos Indonesia dan sejak 2017 penyaluran dilakukan melalui Bank Rakyat Indonesia.

Dari distrik tersebut jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebanyak 175 KPM. Sementara KPM hasil Validasi 2018 sebanyak 196 KPM dengan total sementara 371 KPM.

"Februari 2018 ini bansos PKH cair di semua wilayah Indonesia tidak terkecuali Distrik Agats, Asmat, Papua," kata Khofifah.

Selain itu, dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Kementerian Sosial pun menyalurkan dana bantuan Program Komunitas Adat Terpencil senilai 3,1 miliar rupiah. Jenis bantuan yang diberikan diantaranya adalah pemukiman sosial, jaminan hidup, bantuan bibit, peralatan kerja dan peralatan rumah tangga.

Khofifah memaparkan Kementerian Sosial terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam penanganan kasus KLB Campak dan Gizi Buruk. Kendala utama dalam penanganan wabah ini menurut Khofifah adalah kondisi medan yang berat, akses jalan dan juga jarak tempuh.

Saat ini sebanyak 63 orang anak meninggal akibat kejadian luar biasa (KLB) campak disertai gizi buruk di Asmat dalam empat bulan terakhir. KLB tersebut terjadi di enam distrik di Kabupaten Asmat. Sejak September 2017 hingga kini, RSUD Asmat dilaporkan merawat ratusan pasien campak. Sebanyak 393 orang menjalani rawat jalan dan 175 orang rawat inap.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement