Rabu 17 Jan 2018 11:31 WIB

Perang Yaman, 5.000 Anak Tewas dan 400 Ribu Malnutrisi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Seorang anak Yaman dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak Yaman dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Badan PBB untuk anak-anak UNICEF mengatakan perang Yaman telah membunuh dan melukai lebih dari 5.000 anak. Selain itu, sebanyak 400 ribu lainnya dinyatakan kekurangan gizi dan tengah berjuang untuk kelangsungan hidup mereka.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada Selasa (16/1), UNICEF mengatakan hampir dua juta anak-anak Yaman tidak bersekolah sejak koalisi pimpinan Arab Saudi terlibat dalam perang pada Maret 2015. Jumlah itu merupakan seperempat dari total jumlah anak-anak yang ada di Yaman

Lebih dari tiga juta anak lahir saat perang tersebut berkecamuk. Mereka merasakan kekerasan, pengungsian, penyakit, kemiskinan, kekurangan gizi, dan kekurangan akses terhadap layanan dasar selama bertahun-tahun.

UNICEF mengatakan rata-rata lima anak Yaman tewas atau terluka setiap hari sejak Maret 2015. "Seluruh generasi anak-anak di Yaman tumbuh tanpa mengetahui apapun kecuali kekerasan," kata Meritxell Relano, perwakilan UNICEF di Yaman, dikutip The Guardian.

"Anak-anak di Yaman menderita akibat perang yang menghancurkan yang tidak mereka buat. Malnutrisi dan penyakit merajalela. Mereka yang bertahan cenderung akan membawa bekas luka fisik dan psikologis selama sisa hidup mereka," tambah dia.

photo
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.

 

Badan PBB tersebut menambahkan lebih dari 11 juta anak atau hampir setiap anak di Yaman, membutuhkan bantuan kemanusiaan. UNICEF menyerukan diakhirinya pertumpahan darah dan adanya perlindungan lebih terhadap anak-anak, serta akses berkelanjutan untuk memberikan bantuan kepada setiap anak yang membutuhkan.

Pada Selasa (16/1), pemerintah Yaman yang diakui secara internasional mengakui tengah menghadapi kesulitan ekonomi dan meminta sekutunya, termasuk Arab Saud  untuk membantu mengatasinya. Melalui akun Facebook pribadinya, Perdana Menteri Yaman Ahmed bin Dagher mengatakan ia telah membagikan surat kepada sekutu yang meminta mereka membantu negara tersebut secara finansial demi menyelamatkan orang-orang Yaman dari kelaparan.

Dagher mendesak sekutu mentransfer uang tunai ke bank sentral di Aden, ibu kota de facto pemerintahan Yaman. Ibu kota Sana'a kini tidak lagi berfungsi setelah dikuasai pemberontak Houthi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan perang Yaman telah membunuh 9.245 orang sejak Arab Saudi dan sekutu-sekutunya bergabung dalam perang melawan Houthi. Perang ini memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Lebih dari 2.200 orang meninggal akibat wabah kolera yang melanda negara itu sejak April.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement