Rabu 17 Jan 2018 18:16 WIB

Pendakwah Perlu Hindari Materi Ini, Apa Saja Itu?

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agus Yulianto
Ahmad Satori Ismail, Ketua Ikatan dai Indonesia
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ahmad Satori Ismail, Ketua Ikatan dai Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dai Indonesia (PP IKADI) Ahmad Satori Ismail menyampaikan beberapa saran untuk para pendakwah di tanah air soal materi dakwah yang akan disampaikan kepada masyarakat. Ada beberapa materi yang, menurutnya, perlu dihindari.

Satori mengungkapkan, seorang pendakwah saat berceramah tidak perlu membahas persoalan khilafiyah (perbedaan), SARA, dan politik praktis serta berbagai hal lain yang bisa memicu kegaduhan. Keimanan dan ketakwaan umat Muslim harus dikuatkan dengan isi ceramah yang disampaikan.

"Dalam kaitannya dengan ceramah, sebaiknya mengikuti aturan-aturan yang terbaik. Tidak membahas masalah khilafiyah, tidak membahas masalah SARA, tidak memunculkan sesuatu yang membuat gaduh, seperti bicara masalah politik praktis," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (17/1).

Terlebih, menurut Satori, dakwah itu luas. Mengajar, memberi pendidikan kepada orang-orang, dan melakukan amar makruf nahi mungkar (menyerukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran), juga termasuk dakwah. Inti dari materi yang disampaikan, lanjut dia, mengokohkan keimanan dan ketakwaan.

Selain soal pengokohan iman dan takwa, materi dakwah yang disampaikan juga bertujuan membangun ukhuwah (persaudaraan), merekatkan umat, dan menjadi solusi terhadap berbagai aspek kehidupan. Seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial.

"Jadi, mengapa harus menyampaikan suatu hal yang membuat orang lain tersakiti, atau hal lain yang tidak disukai Islam itu sendiri. (Harusnya) mengokohkan keimanan, ketakwaan, Membangun ukhuwah, merekatkan umat, membangkitkan semua yang ada pada masyarakat, mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial dan lain sebagainya. (Dakwah) ini lahan yang sangat luas," papar dia.

Menurut Satori, dalam berdakwah, sebaiknya mendahulukan materi yang berisi mengenai amar ma'ruf (seruan kepada kebaikan). Sedangkan aspek nahi mungkar-nya (menjauhi kemungkaran), tetap wajib dilakukan tapi harus disampaikan dengan cara-cara terbaik.

"Kalau kita ceramah, tentunya kita harus mengokohkan amar makruf dulu, yang baik-baik saja. Sedangkan nahi mungkarnya, menggunakan cara terbaik. Jadi nahi mungkar itu wajib. Tapi harus dengan cara yang baik. Jangan sampai kita melakukan nahi mungkar dengan mendatangkan kemungkaran yang lain," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement