REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Zuhuddin Kasim mengatakan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sultra banyak dialami masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah.
"Kalau kami melihat rata-rata penyebab utama tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah faktor ekonomi," kata Zuhuddin, di Kendari, Rabu (17/1).
Ia mengatakan faktor lain yang kerap menjadi penyebab terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah penggunaan media sosial yang berbau pornografi atau merupakan dampak penyalahgunaan teknologi informasi. Menurut catatan selama dua tahun terakhir kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terus mengalami peningkatan secara signifikan.
"Di 2017, jumlah kekerasan mencapai 300 kasus. Dibanding 2016 jumlahnya sebesar 114 kasus," katanya.
Dia merinci, kasus kekerasan yang terbanyak pada 2016 terjadi di Kota Baubau sebesar 31 kasus, kemudian di Kota Kendari sebesar tujuh kasus. "Khusus tahun 2017 ini data kekerasan perempuan dan anak belum terinci kasus per kasus per kabupaten, yang ada hanya total kasus," katanya.
Menurut dia, untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerah itu maka akan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan internet yang tidak mendidik.
"Kami juga akan memberikan pemahaman tentang sanksi dan hukuman bagi pelaku tindak kekerasan. Saya berharap kepada masyarakat agar sebisa mungkin menghindar dari upaya-upaya tindak kekerasan," katanya.