REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Paramadina, Toto Sugiarto, menilai La Nyalla Mattalitti tengah memperhitungkan baik-buruknya jika memenuhi panggilan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Timur. "Saya kira Pak La Nyalla sedang memperhitungkan baik-buruk kalau datang (ke Bawaslu Jatim)," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (17/1).
Toto melanjutkan, bila La Nyalla tetap tidak datang ke Bawaslu, atau memiliki niat agar ungkapannya tentang mahar politik tidak berlanjut, maka berarti ada "sesuatu" pada diri La Nyalla yang membuatnya tidak ingin persoalan tersebut berlanjut lebih jauh.
"Tanpa memverifikasi di Bawaslu, maka seperti membuang kotoran di jalanan saja. Seharusnya tidak seperti itu. Datang saja dan katakan apa yang ada di pikirannya kepada pengawas Pemilu," kata dia.
Karena itu, menurut Toto, kalau apa yang dikatakan La Nyalla itu benar, maka mantan ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini berani datang ke Bawaslu untuk diverifikasi. Sekaligus, akan meyakinkan publik bahwa La Nyalla berada dalam posisi yang benar.
Bawaslu Jatim melayangkan surat panggilan kepada La Nyalla Mattalitti untuk memenuhi panggilan pada Senin (15/1) kemarin. Pemanggilan tersebut untuk mengklarifikasi pernyataan La Nyalla mengenai adanya permintaan uang mahar dari pihak Partai Gerindra.
Namun La Nyalla tidak memenuhi panggilan tersebut dan hanya mengirimkan surat kepada Bawaslu Jawa Timur. Surat tersebut dikirimkan melalui Direktur Eksekutif Kadin Jawa Timur, Heru Pramono.
"Saya mewakili Pak La Nyalla Mattalitti terkait pemanggilan, beliau berhalangan hadir karena masih di luar kota," kata Heru di kantor Bawaslu Jawa Timur, Jalan Tanggulangin, Surabaya, pada Senin (15/1).
Heru pun menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Bawaslu Jatim. Apakah, Bawaslu akan kembali melakukan pemanggilan di tanggal yang berbeda, atau memutuskan untuk tidak melayangkan panggilan kembali.