REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dering telepon di hotline penyerangan seksual Amerika Serikat (AS) mencapai rekor karena gerakan sosial #MeToo memacu korban untuk mencari pertolongan, membuat organisasi-organisasi berupaya keras mengimbanginya. Dilansir Reuters, Rabu (17/1), jumlah telepon masuk meningkat saat gerakan itu dimulai pada Oktober, dengan orang-orang menunggu hingga tiga jam untuk berbicara dengan seseorang di organisasi terbesar negara itu, Hotline Serangan Seksual Nasional.
Jumlah telepon masuk ke hotline yang dioperasikan oleh Rape, Abuse & Incest National Network (RAINN) itu melonjak 25 persen di bulan November dari tahun sebelumnya, dan 30 persen lagi pada bulan Desember, menurut RAINN. Menurut organisasi itu jumlah total telepon masuk pada 2017 adalah 209.480, yang paling banyak sejak organisasi itu didirikan pada tahun 1993.
Pada musim gugur yang lalu, aktris Alyssa Milano dari acara televisi "Charmed" meminta kepada para wanita yang telah mengalami serangan atau pelecehan seksual mengunggah di media sosial pengalaman mereka dengan tanda pagar "Me Too" sebagai tanggapan atas tuduhan yang diajukan terhadap tokoh film Harvey Weinstein.
Weinstein, yang dituduh melakukan pelecehan seksual oleh belasan wanita, telah membantah melakukan kontak seksual tanpa didasari suka sama suka dengan siapa pun. Reuters belum bisa mengkonfirmasi tuduhan tersebut secara independen.
Pada hotline nasional, lampu yang dihidupkan oleh pekerja untuk menunjukkan bahwa mereka sedang berbicara di telepon sepertinya tidak pernah berhenti, kata Celia Gamboa, seorang manajer di hotline nasional. Aplikasi obrolan yang juga disukai para penelepon dibanjiri pesan, katanya. Gerakan #MeToo hampir selalu muncul.
"Itu bukan hanya satu kali saja," kata Gamboa. "Kami hanya akan terus memantau arah pergerakannya di masa depan."
RAINN menambah 40 karyawan dari semula 200 pegawai dan meningkatkan perekrutan sukarelawan, kata CEO Scott Berkowitz. Penambahan itu untuk memperpendek waktu tunggu penelpon, katanya.
Di tempat lain, Jaringan Pemulihan Korban di D.C. melihat lonjakan telepon masuk tentang laporan pelecehan seksual. Direktur Eksekutif Bridgette Stumpf mengatakan bahwa sayangnya, pusat tersebut seringkali hanya dapat merekomendasikan pengacara pribadi untuk orang-orang yang pelecehan yang dialaminya tidak termasuk kekerasan, sehingga bantuan semacam itu mungkin terlalu mahal bagi banyak korban.
Pusat Krisis Pemerkosaan DC sekarang melihat rata-rata 70 orang dalam sepekan mencari bantuan hukum, fisik atau psikologis, naik dari 30 menjadi 40 korban sebelum gerakan tanda pagar #MeToo, kata Direktur Eksekutif Indira Henard.
Organisasi ini juga mengalami kenaikan sumbangan pada musim gugur yang lalu menyusul gerakan tanda pagar #MeToo.
"Ini rekor," kata Henard. "Saya tidak percaya pernah ada waktu dalam sejarah kita ketika kita berbicara tentang kekerasan seksual dan dampaknya seperti ini."