Kamis 18 Jan 2018 07:29 WIB

Irak Hujani Dua Kota Israel dengan Rudal Scud

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Sistem antirudal terbaru Israel yang diklaim bisa menaklukan serangan roket.
Foto: AP
Sistem antirudal terbaru Israel yang diklaim bisa menaklukan serangan roket.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pada 18 Januari 1991, Irak menyerang dua kota Israel dengan rudal Scud yang memicu kekhawatiran Israel dapat masuk ke dalam Perang Teluk. Kota terbesar Israel, Tel Aviv dan Haifa terkena serangan mulai pukul 03.00 dini hari waktu setempat, saat sebagian besar warganya sedang tertidur.

Dilansir di BBC, sirene peringatan sempat berbunyi Tel Aviv, tetapi beberapa menit kemudian delapan rudal meluncur dan meledak di kota itu. Warga berebut menggunakan pakaian pelindung dan masker gas yang telah dibagikan untuk penduduk sebelum konflik dimulai.

 

Meski demikian, tidak ada korban tewas dalam insiden itu dan hanya ada sedikit orang yang terluka. Ini adalah pertama kalinya Tel Aviv dijatuhi rudal dalam sejarah konflik Israel-Arab.

 

Laporan awal yang mengatakan salah satu rudal Irak tersebut memiliki hulu ledak kimia telah terbukti salah. Warga semakin panik saat sirene peringatan serangan kembali berbunyi, tetapi ternyata bunyi kali ini adalah tanda peringatan palsu.

 

Israel memiliki militer terkuat di wilayah Timur Tengah. Negara ini mengatakan setiap serangan yang dilakukan oleh Irak akan mendapat hukuman balasan yang besar. Presiden AS George Bush kemudian mengeluarkan seruan agar Israel menahan diri dari pembalasan atas serangan tersebut.

 

photo
Tel Aviv, Israel

 

Komandan sekutu diperintahkan Bush membuat operasi khusus untuk mencari dan menghancurkan situs rudal serta peluncur rudal Irak yang dapat mengancam Israel. Bush menekankan tekadnya melindungi Israel dari serangan lebih lanjut.

 

Perdana Menteri Israel Yitzhak Shamir segera mengadakan pertemuan darurat Komite Pertahanan yang dihadiri menteri-menteri senior dan perwira militer untuk memutuskan sikap Israel. Setelah pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Israel David Levy mengatakan belum ada keputusan mengenai apakah Israel akan melakukan pembalasan.

 

"Israel berhak melakukan pembalasan dengan cara serta dengan skala dan metode pilihannya sendiri," kata Levy.

 

Israel kemudian memutuskan menyerahkan pembalasan kepada pasukan sekutu. Irak terus menembakkan rudal Scud ke kota-kota Israel lagi keesokan harinya dan sepanjang Perang Teluk, namun gagal memprovokasi Israel melakukan pembalasan sepihak.

 

Setelah serangan udara intensif terjadi lebih dari satu bulan, sekutu melancarkan serangan darat ke Irak pada 24 Februari. Pada 28 Februari, Presiden George Bush mengumumkan kemenangan.

 

AS dan Inggris melancarkan perang kedua melawan Irak pada 2003. Saddam Hussein digulingkan dan ditangkap untuk diadili karena kejahatan perang. Dia akhirnya dieksekusi pada Desember 2006.

 

Pemerintahan baru yang dipilih secara demokratis kemudian dilantik setelah pemilihan pada 2005. Ketegangan antara Muslim Syiah dan Sunni di Irak telah berubah menjadi kekerasan sektarian yang brutal yang memicu ketakutan perang saudara.

 

Koalisi dan pasukan Irak menghadapi pemberontakan bersenjata dan serangan gerilya. Pasukan Amerika dan Inggris tidak dapat menarik diri meski mendapat serangan gerilya berulang kali yang telah membunuh lebih banyak tentara mereka daripada perang itu sendiri.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement