REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bagi beberapa orang dia adalah Joan of Arc modern. Yang lainnya memanggilnya "Shirley Temper", drama Hollywood yang diperankan aktris Hollywood Shirley Temple.
Di usianya yang masih belia, 16 tahun, Ahed Tamimi kini adalah seorang tahanan Palestina yang terkenal. Dia ditangkap Israel pada Desember lalu dengan tuduhan menyerang seorang tentara dan menghasut kekerasan. Pada Rabu (17/1), hakim memerintahkan penahanannya terus berlanjut sampai pengadilan militer Israel dimulai.
Bukti utama yang memberatkannya adalah video yang sudah tersebar secara daring pada 15 Desember. Video viral tersebut telah berulang kali disiarkan dan dibahas media-media terkemuka.
Youtube/911 No Planer TV 2
Di dalam video tersebut terlihat Ahed menghadapi dua tentara Israel di luar rumah keluarganya di desa Nabi Saleh, Tepi Barat yang diduduki. Dia meminta mereka keluar dengan mendorong mereka. Satu tentara memukulnya, lalu dia menampar dan menendang tentara itu bersama sepupunya yang lebih tua, Nur. Tentara Israel tidak bereaksi. Ibu Ahed, Nariman terlihat mengintervensi.
Beberapa hari kemudian, Ahed ditangkap dalam serangan malam hari yang difilmkan pasukan Israel. Ibunya ditahan saat menjenguk putrinya di kantor polisi.
Tangkapan layar saat aktivis remaja Palestina Ahed Tamimi ditangkap paksa pasukan Israel dari rumahnya, Senin (19/12).
"Ini menjadi kasus yang sangat penting. Begitu banyak orang mengambil semua energi mengenai segala hal yang mereka ketahui atau rasakan tentang konflik Israel-Palestina. Anda merasakannya di ruang sidang," kata pengacara Ahed, Gabi Lasky, dikutip BBC.
Bagi rakyat Palestina, Ahed adalah pahlawan perjuangan nasionalis mereka di era digital. Mereka melihat dia berdiri menghadapi realitas pendudukan Israel dan mempertahankan rumahnya dengan tangan telanjangnya.
Media Israel mempertanyakan apakah tentara tersebut menunjukkan penahanan diri atau sikap pengecut. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan kedua tentara tersebut merupakan bagian dari sebuah pengerahan yang dikirim ke Nab iSaleh untuk menangani warga Palestina yang melemparkan batu ke pasukan.
Kerusuhan meluas di Palestina menyusul keputusan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara kota tersebut merupakan jantung dari konflik Israel-Palestina.
Video Ahed bukan pertama kalinya menjadi subyek perdebatan sengit, yang menyebabkan keluarganya dituduh Israel dengan sengaja memprovokasi tentara untuk melakukan propaganda anti-Israel. Aktivis pro-Israel menyebut rekaman itu seperti "Pallywood".
Saat berusia 11 tahun, Ahed difilmkan mengancam dan memukul seorang tentara setelah kakaknya ditangkap. Dua tahun lalu, dia menggigit seorang tentara yang berusaha menahan adik laki-lakinya.
Ahed Tamimi mencoba memukul tentara Israel di dekat Ramallah pada 2 November 2012. (AP)
"Sekarang saat dia dipenjara, saya pikir dia akan membayar harganya dan harganya sangat tinggi. Dan saya sangat menyesal keluarganya tidak menghentikan perilaku ini. Motivasi itu menjadi provokatif dan tentara pemberani kita tidak bereaksi terhadap perilaku provokatif gadis Tamimi ini," kata seorang anggota parlemen Israel dari partai Perdana Menteri Netanyahu, Likud, Anat Berko.
Ayah Ahed ,Bassem Tamimi juga dikenal sebagai seorang aktivis yang telah berulang kali dipenjara oleh Israel. Yang terkahir dia bergabung dalam demonstrasi ilegal dan mendorong orang melempari batu. Selama bertahun-tahun dia mengorganisir demonstraasi mingguan di mana penduduk desa yang sering bergabung dengan Israel dan aktivis solidaritas asing berbaris menuju tanah yang diambil oleh permukiman Israel.
Bassem Tamimi membantah insiden yang melibatkan putrinya itu telah dirancang. "Mereka bilang itu film atau itu teater? Lalu saya bertanya bagaimana kita bisa membawa tentara tersebut ke rumah kita untuk membuat drama ini?" ujarnya.
"Tentu saja saya khawatir tapi saya bangga dengan anak perempuan saya. Saya senang dia menjadi semangat dan contoh generasi baru untuk perlawanan," katanya.
Biasanya demonstrasi akan menyebabkan bentrokan dengan pasukan Israel. Tentara Israel biasa menembakkan gas air mata dan peluru karet. Tapi Bassem selalu mengizinkan keempat anaknya berpartisipasi. Pada 2012, paman Ahed juga menjadi korban. Dia ditembak mati saat terjadi bentrokan.
Ahed pernah diundang ke Turki oleh Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang memuji tindakannya. Dia juga baru saja berbicara sebagai aktivis Palestina di Afrika Selatan dan di Parlemen Eropa.
Ahed Tamimi saat digiring polisi Israel menuju pengadilan militer di Betunia, Tepi Barat, Rabu (20/12).
Konfrontasi antara anak-anak Palestina dan tentara Israel hampir setiap hari terjadi di Tepi Barat. Sekitar 1.400 anak di bawah umur diadili di pengadilan militer pemuda khusus selama tiga tahun terakhir, menurut data dari pasukan Israel IDF.
Kelompok hak asasi manusia Palestina sangat kritis terhadap sistem Israel. Mereka mengatakan Israel tidak memiliki perlindungan mendasar dan tidak menjamin pengadilan yang adil. Mereka menunjukkan pemukim Israel diadili di pengadilan sipil. Namun, mantan jaksa penuntut IDF untuk Tepi Barat Maurice Hirsch membela sistem tersebut.
"Hak-hak fundamental dijamin untuk semua orang. Tidak masalah jika Anda seorang Israel atau Palestina. Ahed diinterogasi, dia tidak mengatakan apa-apa saat diinterogasi, dia mempertahankan haknya untuk diam. Ahed menggunakan haknya untuk berkonsultasi dengan seoraang pengacara," kata Hirsch yang sekarang bekerja untuk Radio Pemantau yang berbasiss di Yerusalem, sebuah kelompok yang mendokumentasikan dugaan distorsi hak asasi manusia dan hukum internasional yang terkait konflik Arab-Israel.
Hirsch memandang tuduhan yang lebih serius pada dakwaan untuk Ahed bahwa dia diduga berusaha mempengaruhi opini publik dan melakukan seruan langsung untuk melakukan serangan. Di akhir video, Ahed menyerukan demonstrasi besar sebagai satu-satunya cara. Dia juga mengatakan Presiden Trump bertanggung jawab atas setiap kekerasan Palestina termasuk pertengkaran dan serangan bunuh diri.
Nariman Tamimi juga menghadapi tuduhan penyerangan dan hasutan kekerasan. Sedangkan Nur Tamimi dituduh melakukan penyerangan. Kasus ketiganya akan diawasi ketat, masing-masing pihak cenderung mengklaim kemenangan moral apa pun hasilnya.