REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menemukan seorang anak perempuan berusia delapan tahun, sebut saja Mawar yang terpapar kecanduan seks (sex addict). Hal tersebut, salah satunya disebabkan dari paparan lingkungan tempatnya tinggal di dekat lokalisasi Dolly sejak usia 2 tahun.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengungkapkan, kasus ini ditemukan saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memerintahkan jajarannya di tingkat kecamatan dan kelurahan mencari warganya yang mengalami kondisi buruk. Para petugas kemudian menemukan keluarga dengan kondisi mengalami sakit TBC.
Setelah dilakukan pendekatan kepada keluarga tersebut, kata Nanis, sang ibu juga bercerita bahwa salah satu anaknya mengalami perilaku sex yang menyimpang di usianya. Anak berusia 8 tahun tersebut sudah sedikit paham tentang seksual.
"Kami kemudian lakukan outreach lebih dalam, dan melakukan koordinasi bersama puskesmas, untuk diberikan pengobatan. Saat ini juga sudah dilakukan pendampingan oleh psikolog," kata Nanis di Surabaya, Kamis, (18/1).
Nanis mengatakan, perubahan perilaku anak tersebut bermula saat sebelumnya ia tinggal bersama neneknya di kawasan eks lokalisasi dolly. Saat itu usianya masih dua tahun. Faktor lingkungan di sana ternyata membuat Mawar mengalami perilaku sex addict.
Perilaku anak tersebut baru diketahui saat yang bersangkutan kembali tinggal bersamanya ibunya. Bahkan, Mawar juga mencontohkan kepada adik-adiknya.
"Dari pengakuan anak tersebut, ia diajari oleh orang dewasa saat dia tinggal bersama dengan neneknya," kata Nanis.
Nanis melanjutkan, situasi ini membuktikan keberadaan lokalisasi memang sangat membahayakan. Utamanya sangat merusak otak maupun perilaku anak yang ada di lingkungan tersebut.
Maka dari itu, terdeteksinya anak-anak seperti itu harus segera digali lebih dalam, karena mungkin juga belum ditemukan anak-anak dengan kondisi mengalami kasus yang sama.
"Tujuan utamanya bagaimana supaya anak-anak bisa tumbuh berkembang dengan wajar dan bisa berprestasi. Bisa mempunyai masa depan yang cerah untuk Bangsa dan Negara," kata Nanis.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita menyampaikan, untuk memulihkan kondisi anak tersebut, saat ini telah dilakukan pendampingan. Pendampingan yang dilakukan baik dari segi pengobatan, maupun pendampingan dari segi psikiater dan psikolog.
"Untuk menangani pasien seperti ini, tidak hanya pasiennya saja. Keluarganya pun kita ajak. Jadi keluarga itu kita gali juga dari psikolog," kata Febria.
Febria juga menyampaikan, Dinkes Surabaya terus melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, sebagai upaya deteksi dini dan pencegahan terhadap permasalahan anak. Sehingga, dengan melakukan pengawasan terhadap anak, diharapkan tidak terjadi lagi kasus serupa.