Kamis 18 Jan 2018 18:15 WIB

Cerita Tim Dokter Dompet Dhuafa di Pelosok Asmat

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Tim Medis dari LKC Papua Dompet Dhuafa di Pelabuhan Timika hendak menuju Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Foto: Dok Dompet Dhuafa
Tim Medis dari LKC Papua Dompet Dhuafa di Pelabuhan Timika hendak menuju Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dua orang dokter yang dikirim Dompet Dhuafa, dr Safitri dan dr Rahmah, saat ini, sudah berada di Kabupaten Asmat, Papua. Keduannya dikirim ke Asmat untuk membantu masyarakat terdampak kejadian luar biasa (KLB) kurang gizi dan campak.

Fitri dan Rahmah berangkat dengan relawan Domphet Dhuafa lainnya yang bernama Tumijan. Mereka bertiga diberangkatkan sembari membawa obat-obatan dan logistik. Fitri dan Rahma merupakan tim layanan kesehatan cuma-cuma (LKC) Dhompet Dhuafa Cabang Papua yang diberangkatkan untuk melakukan assesment di beberapa titik yang ada di pelosok Kabupaten Asmat.

Dengan assesment tersebut, keduanya akan menilai apa saja bantuan yang dapat diberikan di Asmat, baik dari kesehatan ataupun bantuan kemanusiaan. "Kami ada tiga orang dalam satu tim. Kami adalah tim assessment awal untuk program kemanusiaan yang merupakan kolaborasi Dompet Dhuafa dan IDI," ujar Fitri saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (18/1).

Kedua dokter itu bertolak dari Kota Timika ke Kabupaten Asmat sejak Rabu (17/1) kemarin. Menurut Fitri, dari Timika ke Kabupaten Asmat hanya bisa ditempuh melalui jalur udara dan jalur laut. Keduanya sudah mencoba menggunakan jalur udara, namun karena transportasi udara sangat minim akhirnya keduanya naik kapal Pelni.

photo
Gizi buruk (Ilustrasi)

 

Saat ini, menurut Fitri, situasi di Asmat sudah terdapat bantuan satgas penanggulangan virus campak dan gizi buruk, termasuk bantuan dari Mabes TNI, Polri, Kemenkes, Dinas Pertanian, dan lembaga kemanusiaan lainnya. Menurut dia, bantuan medis serta kebutuhan logistik juga sudah mulai disalurkan.

"Sudah terdapat posko satgas yang menjadi pusat dalam penanganan dan penyaluran bantuan ke distrik-distrik di Kabupaten Asmat. Telah terbentuk tim-tim yang dibagi ke dalam delapan titik di mana menyisir 22 distrik," ucapnya.

Dia mengatakan, Dompet Dhuafa sendiri telah menginisiasi beberapa program yang di antaranya melakukan pengawalan terhadap balita yang mengalami gizi buruk. "Pendampingan keluarga juga penting karena permasalahan ini selalu berulang," kata Fitri.

Rahmah menambahkan, saat ini, sudah ada 542 kasus campak yang terjadi di Kabupaten Asmat dan 67 orang meninggal dunia. "Info terbaru saat ini di Asmat sudah terdapat 542 kasus campak dan di antaranya meninggal sekitar 67," katanya.

Direktur Program Dompet Dhuafa Sabeth Abilawa menjelaskan, tim dokter Fitri dan dikter Rahma yang ditemani Tumijan merupakan Tmtim Assessment awal untuk program kemanusiaan Asmat Kolaborasi IDI dan Dompet Dhuafa. "Tugas tim ini adalah melakukan Rapid Health Assessment yang akan menjadi rekomendasi untuk penentuan program prioritas DD dan IDI di Asmat nantinya," ujarnya

Selain itu, tim awal tersebut juga akan membangun jaringan dengan para tim kesehatan dan pemangku kebijakan di lapangan untuk menyiapkan program ataupun kegiatan yang akan dilakukan tim selanjutnya. "Salah satu rekomendasi kepada tim adalah untuk membangun semacam pos nutrisi untuk penanganan dan pencegahan gizi buruk dan juga pos untuk keluarga pendamping yang akan kita intervensi dengan PHBS dan program intervensi lainnya seperti progam pemberdayaan dan ekonomi," kata Sabeth.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement