REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar, tekah melakukan antisipasi terkait rencana mogok pedagang daging ayam se-Bandung Raya, Jumat (19/1) hingga Ahad (21/1). Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar, Hening Widiatmoko, ia telah menggelar rapat dengan semua dinas terkait dan pedagang daging ayam yang tergabung dalam LSM PESAT JABAR (Persatuan Pasar dan Warung Tradisional Jawa Barat) di Wilayah Bandung Raya, Kamis (18/1). Hasilnya, rencana aksi mogok pedagang daging ayam anggota PESAT tersebut resmi dibatalkan.
"Karena, berdasarkan hasil koordinasi dengan saudara Usep Iskandar Wijaya bahwa dirinya tidak pernah menandatangani surat berita acara tentang rencara mogok berjualan daging ayam tersebut," ujar Hening Widiatmoko yang akrab disapa Widi kepada Republika.co.id.
Widi mengatakan, di duga ada oknum yang memalsukan tanda tangan Usep Iskandar Wijaya. Oleh karena itu, PESAT sudah membuat surat edaran yang mengimbau kepada pedagang pasar untuk berjualan sebagaimana biasanya. Sehingga, pedagang pun dipastikan akan berjualan sebagaiamana biasanya. "Kasus ini akan terus dilanjutkan sebagai efek jera," katanya.
Selain itu, kata dia, Disperindag Provinsi Jawa Barat bersama Polda Jabar akan mencari fakta lapangan tentang jalur distribusi di hilir yakni pasar rakyat atau pasar tradisional Kota Bandung. "Kami meminta bandar dan pedagang untuk tetap aktif berjualan daging ayam seperti biasa dengan jaminan keamanan oleh Polda Jabar," katanya.
Widi pun meminta para pedagang menjual daging ayam dengan harga yang lebih wajar atau terjangkau masyarakat. Dalam rapat tersebut pun disepakati, Polda Jabar akan menelusuri di tingkat distributor atau PT agar tetap menjual ayamnya ke bandar selama tiga hari ke depan dengan harga normal. "Satgas pangan bekerja sama dengan PD Pasar memantau proses penjualan daging ayam selama tiga hari hingga 21 Januari," katanya.
Hening mengatakan, mengingat ke depan ada peluang terulang kembali gejolak harga daging ayam, maka pihaknya akan mengusulkan kepada pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk menetapkan harga eceran tertinggi khusus daging ayam broiler atau ras pedaging seperti yang telah dilakukan komoditas lainnya. Hening menjelaskan, berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar menunjukan, stok daging ayam di Jawa Barat cukup bahkan surplus.
Yakni, stok yang ada sekitar 792.540.478 ekor atau 636.410 ton. Sementara, kebutuhan 541.242.527 ekor atau 434.618 ton. "Jadi masih surplus 251.295.946 ekor atau 201.192 ton," katanya.