REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mempertimbangkan larangan pengiriman pekerja dari Filipina ke Kuwait. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kekerasan yang diterima para pekerja itu sehingga beberapa dari mereka memutuskan untuk melakukan bunuh diri dalam beberapa bulan terakhir.
Duterte mengatakan, dia mengetahui banyak kasus pelecehan seksual yang dialami oleh wanita Filipina di Kuwait. Dia telah mendiskusikan masalah ini dengan menteri luar negerinya dan juga ingin membahasnya dengan Pemerintah Kuwait.
"Saran saya adalah kita berbicara dengan mereka, nyatakan kebenaran dan katakan saja kepada mereka bahwa hal itu tidak dapat diterima lagi. Entah kita memberlakukan larangan total atau kita melakukan perubahan," kata Duterte, Kamis (18/1) tanpa menyebutkan kasus kekerasan tertentu.
"Saya tidak ingin bertengkar dengan Kuwait. Saya menghormati pemimpin mereka, tapi mereka harus melakukan sesuatu terhadap hal ini karena banyak wanita yang melakukan bunuh diri. Mereka mengklaim pelecehan, seksual, dan mereka bertahan," papar dia.
Kementerian Luar Negeri Kuwait tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Kedutaan Besar Kuwait di Manila juga tidak menanggapi pertanyaan yang dikirim oleh Reuters tentang ucapan Duterte.
Ada lebih dari 250 ribu warga Filipina di Kuwait. Berdasarkan perkiraan Kementerian Luar Negeri Filipina, yang kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ada juga sejumlah besar warga Filipina yang bekerja di Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan Qatar.
Lebih dari 2,3 juta warga Filipina berada di luar negeri sebagai pekerja migran, dari total 8 juta orang yang tinggal di luar negeri. Secara kolektif mereka mengirimkan lebih dari 2 miliar dolar AS pendapatan mereka kembali ke Filipina setiap bulan.