REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Produksi buah manggis (Garcinia mangostana) yang dikembangkan petani Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menembus pasar mancanegara. Permintaan meningkat karena saat ini musim panen tanaman hortikultura itu tiba.
"Kami menerima laporan hampir di sentra manggis memasuki musim panen dan sebagian dipasok ekspor ke luar negeri," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat dihubungi di Lebak, Jumat (19/1).
Produksi manggis di Kabupaten Lebak diperkirakan ribuan ton jika memasuki musim panen sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup besar.
Selain itu juga dapat mengendalikan kemiskinan dan pengangguran. Saat ini, harga manggis di tingkat petani cukup bagus antara Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per Kg.
Namun, musim panen, manggis juga menembus pasar mancanegara, diantaranya negara Jepang, Korea Selatan, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris. Produksi manggis yang menembus pasar ekspor itu melalui jasa perusahaan dari Jakarta.
Bahkan, saat ini permintaan manggis untuk pasar ekspor meningkat. Oleh karena itu, setiap musim panen Januari hingga Maret mendatang banyak buah manggis di ekspor ke berbagai negara di Asia maupun Eropa.
Selama ini, buah manggis Lebak memiliki keunggulan, selain rasanya manis sedikit asem dengan warna kulit ungu dan berat antara 120 sampai 150 gram per buah. "Semua produksi manggis ekpsor itu didistribusikan dalam bentuk utuh, lengkap dengan cangkangnya," katanyn menjelaskan.
Menurut dia, kelebihan manggis Kabupaten Lebak juga bisa dimanfaatkan cangkangnya sebagai bahan baku kosmetik dan vitamin serta bahan pewarna makanan.
Bahkan, bahan dasar pewarna pada makanan yang menggunakan kulit manggis hingga kini tidak mengandung racun, seperti halnya yang biasa ditimbulkan bahan pewarna sintetis.
Selama ini, sentra manggis di Kabupaten Lebak tersebar di Kecamatan Cipanas, Lebak Gedong, Sobang, Muncang, Sajira, Cimarga dan Leuwidamar.
Mereka mengembangkan tanaman manggis itu di lahan darat atau ladang dan bisa dipanen pada usia tiga tahun. "Kami mendorong petani terus mengembangkan tanaman manggis agar ke depan menjadikan andalan pendapatan ekonomi petani," katanya menjelaskan.
Maman (50) seorang petani warga Desa Lebak Keusik Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak mengatakan dirinya panen manggis awal tahun 2018 sebanyak 70 batang pohon.
Saat ini, tanaman manggis memasuki panen sehingga banyak penampung dari luar daerah, seperti Bogor, Jakarta, Serang dan Rangkasbitung. "Kami sangat terbantu tibanya musim panen manggis sehingga bisa untuk membangun rumah," katanya.
Ia menyebutkan, selama ini buah manggis dari wilayahnya itu dipasok ke pasar mancanegara melalui perusahaan dari Jakarta.
Kelebihan manggis Kabupaten Lebak sangat organik karena dikembangkan di tanaman perbukitan dan pegunungan. "Petani di sini mengembangkan tanaman manggis di kaki gunung Halimun Salak dengan suhu lembab sehingga memiliki kualitas," katanya.
Edi (50), seorang pengumpul manggis mengatakan bahwa dirinya setiap panenan memasok manggis ke perusahaan eksportir antara satu atau dua truk jika musim panen.
Saat ini, tanaman manggis relatif baik dan tidak terserang berbagai hama dan penyakit sehingga kemungkinan panen tahun 2018 melimpah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Kami menampung manggis dari petani Lebak dan dijual ke perusahaan di Jakarta," katanya.