REPUBLIKA.CO.ID, Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat, Jakarta Timur, mengaku tertarik dengan program rusun Klapa Village, Pondok Kelapa, Duren Sawit, yang diluncurkan Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan pada Kamis (18/1). Pemprov DKI meluncurkan program rumah down payment (DP) 0 rupiah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar memiliki hunian di Ibu Kota.
Penghuni Rusunawa Jatinegara Barat yang rata-rata merupakan korban gusuran bantaran Kampung Pulo tertarik dengan program Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) Klapa Village itu. Mereka pun berusaha mencari informasi tentang bagaimana caranya bisa memiliki unit dengan formula DP nol rupiah tersebut.
"Saya sudah pesan ke anak saya, pokoknya kalau ada info yang rumah DP nol rupiah itu, mau (beli)" kata Ade, salah seorang warga Rusunawa Jatinegara Barat, saat ditemui, Jumat (19/1).
Pada tahap awal, Pemprov DKI akan membangun satu menara 20 lantai yang terdiri atas 703 unit. Rusunami tersebut terdiri atas 513 unit tipe 36 meter persegi (m2) dan 190 unit tipe 21 m2. Harga tipe 36 yang terdiri atas dua kamar ditetapkan Rp 320 juta dan tipe 21 terdiri satu kamar dijual Rp 185 juta.
Ade yang bekerja di bidang informal mengungkapkan, sangat tertarik dengan program Anies tersebut. Dia mengatakan, apabila ada kesempatan, ia ingin pindah dari tempat yang sekarang. Dia menyadari, meski nyaman tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat, ia berstatus sebagai penyewa dan harus membayar iuran bulanan. "Kalau ada kesempatan pindah sih pindah," kata Ade.
Ade mengaku, ia sudah berusaha mencari informasi mengenai sistem pembelian Klapa Village. Namun, sampai saat ini, ia hanya mendapat sedikit informasi tentang program rumah DP nol rupiah itu.
"Yang saya tahu, itu buat yang gajinya maksimal Rp 7 juta. Terus juga KTP DKI. Selanjutnya, masih enggak tahu. Tolong kalau ada info saya dikasih tahu," ujar Ade meminta bantuan.
Hal yang sama diungkapkan Yati. Dia ingin sekali pindah dari tempat yang sekarang dihuninya. Tapi, ia takut syarat yang ditetapkan untuk memiliki rusunami tersebut terlalu sulit dipenuhinya.
"Saya dengar sih yang DP nol itu. Tapi kok katanya minimal gajinya Rp 4 juta? Itu sih enggak mampu saya," kata Yati yang berjualan soto dan suaminya bekerja serabutan.
Yati mengatakan, sangat ingin pindah dari rusun yang saat ini ditinggalinya bersama suaminya. Sebab, ia tidak mau bergantung untuk membayar sewa selamanya. Tetapi, ia juga merasa pendapatannya pas-pasan dan takut kurang untuk membayar cicilan program DP nol rupiah.
Dia juga menyinggung alasannya ingin pindah, lantaran sempat menunggak biaya sewa selama tiga bulan. Hal itu disebabkan karena ia sedang sakit dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
Alhasil, biaya yang seharusnya digunkana untuk membayar iuran sewa malah habis untuk biaya berobat. Menurut Yati, tinggal di rusunawa paling tidak harus menyediakan Rp 700 ribu per bulan untuk iuran bulanan.
"Sewanya Rp 300 ribu. Belum listrik dan air. Air minum biasanya kita pakai isi ulang. Ya, minimal harus punya Rp 700 ribu per bulan. Itu minimal. Saya pernah dirawat di rumah sakit sepekan, tapi menunggaknya tiga bulan," kata Yati.
Sementara itu, penghuni lainnya, Mimin, mengatakan, saat ini ia sudah merintis membuka toko makanan yang sudah menghasilkan di Rusunawa Jatinegara Barat. Tetapi, ia tidak yakin apakah usahanya dapat berjalan lancar apabila harus pindah. Padahal, ia memang ingin memiliki tempat tinggal sendiri daripada terus menyewa.
"Saya mah usaha saja. Saya usahanya juga di sini," kata Mimin yang sedang berjaga di warung nasi miliknya.
n inas widyanuratikah ed: erik purnama putra