Ahad 21 Jan 2018 14:59 WIB

Pembangunan Pusat Informasi Turis Terkendala Anggaran

Kota Bogor hanya memiliki satu bangunan TIC di Plaza Kapten Muslihat atau Taman Topi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ratna Puspita
Suasana di Tourist Information Center Kota Bogor di Taman Topi, Bogor. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Suasana di Tourist Information Center Kota Bogor di Taman Topi, Bogor. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor terkendala anggaran dalam membangun Tourist Information Center (TIC) atau Pusat Informasi Turis. Saat ini, Kota Hujan hanya memiliki satu bangunan TIC di Plaza Kapten Muslihat yang akrab dikenal Taman Topi.

Kepala Disparbud Kota Bogor, Shahlan Rasyidi, mengakui, satu bangunan itu tidak cukup melayani pelancong ke Kota Bogor yang pada tahun lalu mencapai 6 juta lebih orang. “Memang belum ada kajian berapa banyak TIC yang cukup, tapi saya kira satu saja masih jauh dari layak,” ujarnya saat dikonfirmasi Republika, Ahad (21/1).

Shahlan mengatakan, anggaran untuk Disparbud tahun ini mengalami penurunan yakni Rp 6,7 miliar atau Rp 200 juta lebih rendah dibanding tahun lalu. Nominal itu jauh dari rencana awal Disparbud yang mengajukan sampai sekitar Rp 20an miliar.

Shahlan memprioritaskan anggaran tersebut untuk menggarap acara-acara yang diperkirakan akan menarik perhatian wisatawan ke Bogor. “Untuk pembangunan TIC yang satu bangunan memakan belasan juta, rasanya sulit (direalisasikan),” ucapnya.

Opsi lain membuat TIC non-permanen atau hanya menggunakan meja dan kursi di satu kawasan. Shahlan menyebutkan, konsep sederhana tersebut rencananya diberlakukan di Kantor Imigrasi Kota Bogor pada tahun ini. Disparbud akan bekerja sama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk berjaga di sana.

Shahlan mengatakan TIC non-permanen bisa menjadi solusi utama. Sebab, di pusat informasi tetap dibutuhkan sarana lain seperti flyer mengenai destinasi wisata di Kota Bogor dan juga peta wisata. “Kalau nanti ada kerja sama dengan Imigrasi, tentu akan mempermudah pembuatan TIC,” ujarnya.

Sebelum rencana di Imigrasi, Disparbud sebenarnya sudah merencanakan pembuatan TIC di Lippo Plaza Keboen Raya Bogor. Tapi, Shahlan mengakui DIsparbud Kota Bogor masih kurang tanggap untuk meminta respon dari pusat perbelanjaan. Dampaknya, TIC yang seharusnya sudah bisa berdiri pada akhir tahun, kini belum ada perkembangannya.

Secara lokasi, TIC di Taman Topi terbilang strategis karena berada dekat dengan Stasiun Kota Bogor yang menjadi akses utama wisatawan ke Kota Hujan. Tapi, Shahlan menuturkan, akan lebih baik kalau bangunan bisa ditempatkan di area yang terlihat dari stasiun atau bahkan berada di dalam kawasan stasiun.

Rencana berikutnya, Disparbud ingin membangun TIC di Pusat Kuliner Binamarga, Bogor. “Kami meminta dibuatkan ruangan khusus, karena di sana potensinya juga besar. Tapi, entahlah bisa atau tidak di tahun ini,” ujar Shahlan.

Minimnya TIC diakui Pengamat Pariwisata, Azril Azahari, sebagai kekurangan besar Kota Bogor. Di tengah kesiapan produk wisata dan harga yang sudah dimiliki, Kota Bogor masih belum maksimal dalam pengemasan. Salah satu indikatornya adalah kondisi TIC yang seharusnya menjadi sumber informasi pariwisata.

“Informasi tersebut, bisa tersedia dalam ragam bentuk. Selain berupa media konvensional seperti brosur, leaflet dan papan petunjuk wisata, bisa juga berbentuk digital atau situs. Di era perkembangan teknologi saat ini, Pemkot Bogor dapat lebih fokus ke media digital, ucap Azril kepada Republika, November silam. 

Apabila Kota Bogor tidak memperhatikan kemasan, Azril cemas pariwisata akan berjalan mundur. Sebab. Sebab, pariwisata tanpa adanya ketersediaan informasi untuk pelancong, tidak akan berjalan maksimal.

Terlebih, Azril menjelaskan, saat ini, wisatawan sudah tidak hanya fokus pada produk pariwisata. Melainkan, serenity, spirituality dan sustainability. “Jadi, mereka fokus pada pengalaman, termasuk bagaimana mereka mendapatkan informasi untuk melancong “ katanya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement