REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta Dr Muinuddinillah mengingatkan, agar politik tidak dijauhkan dari agama karena menjadi pemimpin negara yang lahir dari proses politik dituntut pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
"Pemimpin yang tidak bersungguh-sungguh memikirkan rakyatnya, dia haram masuk surga," katanya saat tampil di acara "Tabligh Akbar Satu Komando Umat Islam Selamatkan Indonesia" yang diselenggarakan Remaja Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Ahad (21/1).
Menurut ulama yang juga penasehat Sahabat Al Aqsha ini, peran pemimpin sangat penting dalam menyelesaikan berbagai persoalan rakyatnya, dan di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim ini, tidak ada solusi lain kecuali Islam.
Umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di negeri ini kembali mengikuti tuntutan ajaran agamanya secara sungguh-sungguh, mulai dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga ke tingkat pemimpin negaranya. "Kalau ada orang hidup dengan Alquran, maka dia bisa menyelesaikan masalahnya. Dulu orang-orang Arab bisa menyelesaikan masalahnya setelah Islam datang dengan Alquran," kata Muinuddinillah.
Dalam bagian lain pernyataannya di acara yang turut menghadirkan Dai kondang, Gus Nur, dan Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Muhammad Jazir, ASP itu, Muinuddinillah sempat mengutip pernyataan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan tentang "miras" dan "LGBT".
Seperti diberitakan berbagai media di Tanah Air, Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan bahwa ada lima fraksi di DPR RI yang menyetujui perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Selain itu, menurut Zulkifli Hasan, usai berbicara di acara Tanwir I Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sabtu (20/1), ada delapan fraksi yang menyetujui minuman keras dijual bebas di warung-warung saat pembahasan RUU Miras di DPR.
Merespons berbagai masalah bangsa, termasuk soal miras, LGBT dan narkoba, Muinuddinillah menegaskan bahwa, "Tidak ada solusi lain kecuali Islam".
Tabligh akbar yang diselenggarakan Remaja Masjid Jogokariyan itu dihadiri ratusan orang jamaah dari berbagai kalangan. Mereka memadati ruang dalam dan halaman masjid hingga jalan depan masjid yang berada di Kampung Jogokariyan, Yogyakarta, itu.