REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sampai bulan Januari 2018 jumlah kasus difteri di Provinsi Jawa Barat tidak menunjukan adanya penurunan, bahkan cenderung tinggi. Sampai pertengahan Januari, tercatat 33 kasus yang tersebar di 11 kabupaten/kota.
"Belum menunjukan penurunan bahkan cenderung naik," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Jawa Barat, Drg Yus Ruseno MSc PH kepada Republika.co.id akhir pekan lalu.
Dari 33 kasus tersebut sebanyak tujuh pasien positif difteri dan satu pasien meninggal dunia. Korban meninggal dunia terjadi di Kabupaten Ciamis.
(baca: Kenali Gejala Khas Penyakit Difteri)
Penyebaran difteri sampai pertengahan Januari ini, kata Yus, terdapat di Kabupaten Tasikmalaya (10 kasus), Cianjur (lima), Kota Bekasi (empat), Kota Sukabumi (tiga), Kota Cirebon (dua), Kabupaten Ciamis (dua), Kota Banjar, Kota Bogor, Kabupaten Bandung, Karawang, dan Sumedang masing-masung satu kasus.
"Kesadaran masyarakat akan bahaya difteri meningkat. Ini terbukti setiap ada kasus dengan gejala demam dan sesak nafas masyarakat langsung datang ke puskesmas atau rumah sakit," ujar dia.
Menurut Yus, pada tahun 2017 jumlah kasus difteri di Jawa Barat sebanyak 229 yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Dari 229 kasus, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 15 orang.
Kabupaten Garut, kata dia, merupakan daerah dengan jumlah korban meninggal tertinggi yaitu tiga orang. Sedangkan jumlah kasusnya sebanyak 17.
Daerah dengan jumlah kasus difteri tertinggi terjadi di Purwakarta drngan 33 kasus dan satu meninggal dunia. Sedangkan Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, masing-masing dua korban meninggal dunia.
Sedangkan Depok, Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, Subang dan Majalengka masing-masing satu korban meninggal dunia.