REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo kembali menegaskan komitmennya untuk menolak impor beras. Alasannya, produksi beras di Jatim sangat melimpah. Bahkan, sejak 2013, Soekarwo telah mengeluarkan Peraturan Gubernur yang melarang dilakukannya impor beras karena produksi di wilayah yang dipimpinnya memang melimpah.
"Jika berbicara perkara produksi beras, Jatim sudah mencukupi. Kami sudah sejak Tahun 2013 telah mengeluarkan Pergub yang melarang impor beras," kata Soekarwo saat mendampingi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dalam rangka Panen Raya di Desa Kedung Arum, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Senin (22/1).
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengatakan, produksi beras di Jatim pada 2017 mencapai 8,751 juta ton. Kemudian yang dikonsumsi oleh masyarakat sebanyak 3,5 juta ton. Artinya, Jatim masih mengalami kelebihan atau surplus sekitar 5 juta ton.
"Surplus ini didistribusikan ke provinsi lain yang produksi berasnya masih minus," ujar Pakde Karwo.
Terkait stok beras di Jatim, Pakde Karwo menegaskan saat ini berada dalam kondisi aman. Pada akhir 2017, ketersediaan surplus beras Jatim, sebanyak 200 ribu ton. Pada Januari 2018, produksi beras mencapai 295 ribu ton dengan kebutuhan konsumsi mencapai 297 ribu ton.
Artinya stok beras masih aman, yakni sebesar 198 ribu ton. Surplus akan menjadi lebih besar lagi karena pada Februari 2018, Jatim akan panen 990 ribu ton dan Maret akan panen 1,7 juta ton. Jatim dijamin stok beras aman hingga akhir tahun. "Masyarakat tidak perlu panik," kata Soekarwo.
Terkait wacana impor beras oleh pemerintah pusat, Pakde Karwo menjamin beras impor itu tidak akan bocor di Jatim. Bahkan meskipun salah satu pintu masuk beras impor tersebut melalui Pelabuhan Tanjung Perak.
"Kita hanya sebagai tempat transit, bukan bongkar muat. Jatim tidak akan impor beras, karena stok melimpah," ujar Pakde Karwo.
Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman memgaku optimistis Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia. Bahkan menurutnya, saat ini negara kita sudah berada pada jalur yang tepat, untuk mewujudkan target tersebut.
"Mimpi kita, Indonesia jadi lumbung pangan dunia. Jika bisa, seluruh air yang jatuh ke bumi Indonsia jangan sampai jatuh ke laut. Tapi kita tangkap dan jadikan karbohidrat dan protein seperti padi, sayur-sayuran, dan sejenisnya," kata Amran.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, pada kesempatan ini terdapat 1.830 hektare lahan pertanian padi yang dipanen. Sedangkan pada akhir Januari mendatang, diperkirakan lahan yang dapat dipanen mencapai 8.227 hektare, dan kemudian pada Februari mencapai 35.779 hektare.
Untuk Maret diperkirakan ada 25,964 hektare lahan yang siap panen. Kemudian pada April 3.527 hektare. "Artinya pada Desember sampai Mei kita panen mencapai 78.200 hektar atau jika dikonversikan mencapai 500.480 ton beras. Jadi kita tidak perlu impor," kata Suyoto.
Baca juga: Aher: Jabar tidak Perlu Kiriman Beras Impor
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement