REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taiwan dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki manufaktur industri perkapalan yang besar di dunia. Berdasarkan laporan pesanan global yang terbaru oleh Showboats Magazine 2017, Taiwan merupakan eksportir kapal yacht kelima terbesar dengan produk terbesarnya mencapai sepanjang 6.196 kaki. Sementara menurut statistik kepabeanan, Taiwan adalah negara manufaktur kapal pesiar terbesar di Asia.
Dalam rangka memamerkan produk-produk kapal unggulannya, pada tanggal 15-18 Maret 2018 mendatang akan digelar Taiwan International Boat Show (TIBS) 2018, bertempat di Kaohsiung Exhibition Center dan Horizon City Marina, Kota Kaohsiung, Taiwan. Pameran tersebut diselenggarakan oleh Ministry of Economic Affairs (MOEA), Bureau of Foreign Trade (BOFT), dan Pemerintah Kota Kaohsiung, yang dilaksanakan oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA), dan didukung oleh Taiwan Yacht Industry Association (TYIA).
Director of Economic Division of Taipei Economic and Trade Office (TETO) in Indonesia, Mr. Jack Chen-Huan Hsiao menyatakan bahwa Negara Taiwan memiliki spesialisasi khusus dalam industri perkapalan dunia, yakni membuat kapal dengan desain khusus. Dimana misalkan ada konsumen yang ingin membeli kapal yacht dengan kamar tidur seperti apartemen, mereka mampu menyediakannya.
"Atau jika pembeli ingin kapal yang lebih besar dengan fasilitas 3 kamar tidur, kami juga siap menyediakannya. Jadi keistimewaan produk kapal kami adalah pembuatan kapal sesuai pesanan atau custom. Kami bukan produsen kapal dalam jumlah besar. Itu sebabnya para pembeli dari Eropa dan Amerika Serikat sangat senang membeli dari Taiwan, karena kapalnya punya desain yang unik dan satu-satunya di dunia," kata Jack dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Ahad (21/1).
Taiwan telah lebih dari 60 tahun yang lalu memulai usaha di bidang perkapalan, dimana pada awalnya berkutat di bidang reparasi kapal. Hal ini dikarenakan posisi strategis Kota Kaohsiung yang pasti dilewati oleh kapal-kapal dagang dari Asia Utara dan Asia Selatan. Kemudian Taiwan mengembangkan usaha pembuatan kapalnya hingga menjadi sebuah industri yang sangat maju.
"Indonesia merupakan negara kepulauan, jadi pasti membutuhkan transportasi laut. Tapi saat ini industri perkapalan Indonesia belum matang untuk memproduksi kapal, jadi masih perlu impor teknologi, atau tenaga ahli dari luar untuk membangunnya. Saat ini kami harap bisa mengaet partner lokal demi mewujudkan hal tersebut. Jadi bersama-sama Taiwan dan Indonesia dapat menjadi rekan bisnis yang memproduksi kapal buatan Indonesia untuk keperluan lokal," ujar Jack.
Sementara itu Press Coordinator TIBS 2018, Wendy Lee menjelaskan bahwa dalam pameran itu sendiri akan mencakup 7 kategori, yakni kapal pesiar dan perahu, perlengkapan dan aksesoris, olahraga air dan rekreasi, layanan maritim, ruangan VVIP, paviliun internasional dan tampilan kapal, serta akan terdapat juga sebuah zona gaya hidup aktivitas outdoor yang inovatif. "Zona gaya hidup aktivitas outdoor yang inovatif akan menampilkan perlengkapan menyelam, berkemah, van kemping, peralatan memancing, serta peralatan aktivitas outdoor lainnya. Dalam pameran ini kami juga akan mengumpulkan para peserta dari industri kapal pesiar dan perahu. Misalnya seperti Airstream, produsen RV yang paling populer di Amerika Utara, yang akan menampilkan trailer khusus traveling (Flying Cloud 19), kemudian Argo Yacht Club, serta TESLA, pembuat mobil listrik premium juga akan menghadirkan kendaraan terbaru mereka," tutur Wendy.
Dengan dukungan industri dan publisitas yang kuat, TIBS 2018 kemungkinan akan menarik lebih dari 25.000 pengunjung dari lokal dan seluruh dunia. Produsen kapal pesiar dan perahu terbaik dari Taiwan yang akan berpartisipasi antara lain Horizon, KHA SHING, ALEXANDER, NOVA MARINE, DYNA CRAFT, CADCAM MARINE, JOHNSON YACHTS, YACHTING, SIMPSON MARINE, dan agen merek kapal pesiar internasional seperti AMAL YACHTING.
"Berbagai produsen kapal maupun komponen kapal dari Eropa dan Amerika Serikat juga akan hadir di acara ini, sehingga kami mengundang para pecinta kapal maupun pengusaha untuk datang di ajang yang merupakan one-stop-service di bidang perkapalan ini," ungkapnya.
Dalam gelaran itu Taiwan berniat mengajak para pengusaha dari Indonesia untuk berpartisipasi menghadiri gelaran pameran tersebut. Oleh karena itu, mereka lantas menggandeng pihak National Shipowner’s Association (INSA) untuk bekerjasama.
Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri DPP INSA, Suyono menyatakan bahwa gelaran TIBS 2018 merupakan momen yang tepat guna menstimulasi industri perkapalan Indonesia. Sebab sebagai negara maritim dan dengan meningkatnya jumlah orang kaya di Indonesia, kapal yacht jadi salah satu komoditas yang tengah berkembang. "Industri perkapalan di Indonesia ya kita harapkan maju. Di Indonesia untuk industri perkapalan, demand (permintaan)-nya memang tidak berlimpah, hanya pihak tertentu saja. Harga pengirimannya pun 'depending on the oil prices', karena untuk mengirim itu kan ada logistic cost, salah satunya minyak sebagai bahan bakar. Kalau harga per barelnya murah, ya harga pengirimannya juga murah," ucap Suyono.
Menurut dia, pada tahun 2018 ini di Indonesia jumlah permintaan kapal jenis kontainer akan meningkat. Selain itu juga jenis chemical tanker, bulk, hingga kapal perintis. Pasalnya, pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah menggalakkan program tol laut, yang memiliki tujuan utama yakni menghubungkan daerah-daerah terpencil di pelosok-pelosok Nusantara.
"Banyak daerah-daerah laut di timur, seperti Halmahera, Maluku, Ternate, Merauke, Timika, Sorong, Fak-Fak, itu kan perlu di connect, dan itu perlu kapal-kapal lebih banyak. Perkiraan kita kira-kira perlu sekitar 300 kapal lagi lah untuk daerah timur itu. Tujuannya kan untuk menyejahterakan saudara-saudara kita yang disana. Kita mesti alokasikan APBN untuk hal-hal tersebut," tukasnya.