REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Orang-orang terkaya di dunia yang merupakan satu persen dari populasi dunia menikmati 82 persen kekayaan global pada tahun lalu. Laporan yang diterbitkan oleh organisasi nirlaba dari Inggris, Oxfam menyebutkan orang-orang miskin di dunia justru tidak mendapat bagian dari semua kekayaan secara global tahun lalu.
Dilansir Aljazirah, Senin (22/1), pada 2017, para miliarder meningkatkan kekayaan mereka sebesar 762 miliar dolar AS. Angka ini dinilai sangat cukup untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem secara global hingga tujuh kali lipat.
Direktur Eksekutif OxfamWinnie Byanyima menyebut ledakan jumlah miliarder ini sebagai gejala sistem ekonomi yang gagal. "Orang-orang yang membuat pakaian kami, merakit telepon kami, dan menyediakan makanan kami dieksploitasi untuk memastikan persediaan barang murah, dan meningkatkan keuntungan perusahaan dan investor miliarder," katanya.
Menurut laporan yang berjudul 'Reward Work, Not Wealth' tersebut, pada tahun lalu terjadi peningkatan terbesar jumlah miliarder di mana setiap dua hari tercipta miliarder baru.
Berdasarkan data dari Credit Suisse Global Wealth Databook pada 2017 terdapat 2.043 miliarder di seluruh dunia di mana 90 persen di antaranya adalah laki-laki. Menurut Oxfam, penghindaran pajak, erosi hak, dan otomasi pekerja merupakan faktor utama atas ketidaksetaraan ekonomi dunia.
-
Raja Ampat Terancam Tambang, Kemenpar Respons Keras
-
-
Kamis , 05 Jun 2025, 21:29 WIB
Tugu Insurance Siapkan Proteksi untuk Jamaah Haji dan Umrah
-
Kamis , 05 Jun 2025, 21:00 WIB
Yayasan BUMN Resmikan Rumah Dampak DITIRO, Dorong Inovasi Sosial
-
Kamis , 05 Jun 2025, 20:45 WIB
Menteri UMKM Awasi Peralihan Toko dari Tokopedia ke TikTok Shop Seller Center
-
Kamis , 05 Jun 2025, 20:33 WIB
Prabowo Beli 985 Sapi Kurban dari Peternak Lokal
-