Selasa 23 Jan 2018 03:50 WIB

Uni Eropa Dukung Yerusalem Timur Menjadi Ibu Kota Palestina

Presiden Mahmoud Abbas menggelar pertemuan dengan Menlu negara anggota Uni Eropa.

Red: Nidia Zuraya
Wilayah Palestina kian menciut dan terus menciut. Yerusalem timur yang diharapkan menjadi ibu kota Palestina, kini kian dikepung dengan permukiman Yahudi. (peta)
Foto: news.bbc.co.uk
Wilayah Palestina kian menciut dan terus menciut. Yerusalem timur yang diharapkan menjadi ibu kota Palestina, kini kian dikepung dengan permukiman Yahudi. (peta)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa (UE) meyakinkan Presiden Mahmoud Abbas bahwa kelompok itu mendukung rencananya untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina. Langkah itu adalah bentuk penolakan kelompok tersebut atas keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dalam pertemuan di Brussels dengan menteri luar negeri UE, Abbas mengulangi seruannya untuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota saat dia mendesak pemerintah UE segera mengakui negara Palestina, dengan alasan bahwa itu tidak akan mengganggu perundingan dengan Israel mengenai penyelesaian secara damai untuk wilayah tersebut.

Sementara Abbas tidak menyebut langkah Trump terkait Yerusalem atau kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence ke kota tersebut pada Senin (22/1), kehadirannya di markas besar UE di Brussels ditangkap pejabat Eropa sebagai kesempatan untuk menunjuk kembali keputusan Trump pada 6 Desember untuk memindahkan kedutaan besar AS ke Yerusalem.

Mogherini, yang tampaknya adalah rujukan terselubung untuk pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, meminta mereka yang terlibat dalam upaya itu berbicara dan bertindak "dengan bijak", dengan rasa tanggung jawab. "Saya ingin meyakinkan Presiden Abbas tentang komitmen tegas Uni Eropa terhadap solusi dua negara dengan Yerusalem sebagai ibu kota bersama kedua negara," kata Mogherini.