REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Mlati Agus Sudaryatno mengingatkan, berdasarkan data klimatologis puncak curah hujan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada umumnya terjadi pada dasarian III (10 hari ketiga) Januari 2018. Karena itu, perlu monitoring dan perkiraan kondisi dinamika atmosfer laut.
"Meliputi menguatnya angin baratan di sekitaran Pulau Jawa dan potensi munculnya pola tekanan rendah di selatan perairan Pulau Jawa-Nusa Tenggara," kata Agus, Senin (22/1).
Meliputi pula aktifnya Madden Julian Oscilation (MJO) atau gugusan uap air di atas wilayah Indonesia hingga akhir bulan Januari 2018. Kondisi suhu muka air laut di perairan selatan Pulau Jawa dalam kondisi normal, yakni kisaran 28 hingga 30 derajat celcius.
Selain itu, monitoring dan perkiraan kondisi dinamika atmosfer-laut meliputi pula indeks El Nino South Oscilation (ESNO) menunjukkan adanya fenomena La Nina dalam kategori lemah. Berdasarkan kondisi itu dapat berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas sedang-lebat. "Disertai dengan petir dan angin kencang di DIY," ujar Agus.
Atas dasar itu, BMKG Mlati memprediksi curah hujan dasarian III Januari 2018 untuk DIY dalam kategori tinggi (150 sampai 300mm). Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, sambaran petir, dan pohon tumbang dapat terjadi hampir di seluruh DIY.
Untuk gelombang laut, lanjut Agus, diperkirakan tinggi gelombang di perairan selatan Pulau Jawa hingga akhir bulan Januari 2018 dalam kisaran 2,5 hingga 4 meter. Karena itu, pemda dan masyarakat terus diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan dan menyiapkan langkah antisipasi. "Antisipasi Menghadapi potensi bencana yang dapat terjadi di masa puncak musim hujan 2018 di DIY," kata Agus.