REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- The Islamic Development Bank atau Bank Pembangunan Islam (IDB) dan World Bank atau Bank Dunia (WB) menggunakan pasar keuangan Islam yang sedang berkembang pesat. IDB dan WB akan menggunakannya untuk proyek pembangunan infrastruktur melalui kemitraan publik-swasta (PPP).
Juru bicara IDB, Abdul-Hakim Elwaer mengatakan kepada Arab News akhir pekan lalu, IDB baru saja menyelenggarakan sebuah forum di Washington, Amerika. Forum tersebut digelar dalam rangka kemitraan dengan WB untuk proyek pembangunan infrastruktur melalui kemitraan publik-swasta.
Elwaer menerangkan, tujuan forum tersebut untuk menciptakan kesadaran tentang potensi pembangunan infrastruktur melalui kemitraan publik-swasta. Terutama di negara-negara berkembang. Hal ini sejalan dengan orientasi pembangunan baru negara-negara anggota IDB termasuk Arab Saudi.
"Arab Saudi yang mempunyai rencana ambisius di 2030, menargetkan untuk meningkatkan kontribusi sektor swasta terhadap produk domestik bruto dari 40 menjadi 65 persen," ujarnya.
Wakil Presiden IDB, Dr Mansur Muhtar mewakili Presiden IDB Dr Bandar Hajjar dalam forum yang dihadiri oleh negara anggota IDB. Muhtar mengatakan, IDB dan WB akan berupaya membuka potensi pasar keuangan Islam senilai 1,9 triliun dolar.
"IDB, yang bermitra dengan Bank Dunia akan berupaya membuka potensi pasar keuangan Islam senilai 1,9 triliun dolar untuk memobilisasi sumber daya untuk proyek pembangunan infrastruktur menggunakan kemitraan publik-swasta," kata Muhtar, dilansir dari Arab News, Selasa (23/1).
WB menyarankan agar pasar keuangan Islam mencapai 1,9 triliun dolar selama enam dekade terakhir. Wakil Presiden Senior WB, Dr Mahmoud Mohieldin juga mengatakan, salah satu kelebihan yang dimiliki IDB dalam penggunaan keuangan Islam adalah bisa menyentuh desa-desa. IDB telah bekerja di banyak desa yang ada di wilayah operasinya. IDB juga selalu menunjukkan bagaimana caranya mendapatkan keuntungan dari keuangan Islam