REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson mengatakan AS menghargai hak Turki dalam melindungi warganya dari ancaman teror. Pernyataan Tillerson ini berkaitan dengan agresi militer Turki di kota Afrin, Suriah.
"Kami menyadari dan sepenuhnya menghargai hak sah Turki untuk melindungi warganya sendiri dari elemen teroris yang mungkin akan melancarkan serangan terhadap warga Turki di tanah Turki dari Suriah," kata Tillerson seusai menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson di London, Senin (22/1).
Tillerson mengaku saat ini Washington sedang dalam pembicaraan dengan Ankara serta koalisi pimpinan AS di Suriah. Ia berharap AS dapat membantu keprihatinan dan kecemasan Turki terkait ancaman teror dari Suriah.
Eskalasi di Suriah kembali meningkat setelah militer Turki menggelar operasi militer di Afrin, Suriah, akhir pekan lalu. Operasi militer ini bertujuan untuk menumpas milisi Kurdi di wilayah tersebut.
Baca juga, Ini Jawaban Assad Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan, kelompok PKK (Partai Pekerja Kurdistan), YPG (Unit Perlindungan Rakyat), KCK (Persatuan Komunitas Kurdistan), dan PYD (Partai Persatuan Demokratik Suriah) telah mengubah kawasan Afrin sebagai sarang teror.
Menurutnya, hal ini jelas merupakan sebuah ancaman, tidak hanya untuk Turki, tapi juga negara-negara tetangga. Kehadiran kelompok-kelompok teror di wilayah Afrin di mana rezim Suriah tidak begitu kuat menimbulkan ancaman terhadap integritas wilayah Suriah juga, ujar Bozdag.
Menurut militer Turki, Afrin telah menjadi tempat persembunyian utama kelompok PYD dan PKK sejak 2012. Tepatnya ketika rezim Suriah Bashar al-Assad menyerahkan kota tersebut ke kelompok yang dianggap teroris tanpa melakukan perlawanan.