REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Serikat Pekerja Garuda Indonesia Bersatu yang terdiri dari Serikat Karyawan dan Asosiasi Pilot Garuda menilai program efisiensi yang dilakukan perusahaan berdampak pada operasional. Kegiatan operasional dan pelayanan pada penumpang menjadi terganggu.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, Ketua Umum Serikat Pekerja Garuda Indonesia (Sekarga) Ahmad Irfan, mengatakan program efisiensi yang terlalu sporadis memunculkan biaya pemotongan (cutting cost). Akibatnya terjadi pengurangan servis atau layanan yang seharusnya didapatkan penumpang.
"Kami sempat mendukung efisiensi, tapi jangan total cost yang dipotong. Ada pengurangan servis, kami mau bintang lima tapi servis jangan diturunkan. Jadi tolong hak pengguna jasa jangan dikurangi," kata Ahmad.
Ahmad menjelaskan harus ada pertimbangan skala prioritas dalam pemotongan biaya. Menurut dia, layanan pada penumpang sebaiknya tidak boleh ada yang dikurangi.
Ia mencontohkan beberapa layanan yang dikurangi kepada penumpang antara lain lounge untuk pengambilan bagasi saat ini hanya ada di Jakarta dan Denpasar, sedangkan sebelumnya ada di seluruh kota. Selain itu, pengurangan pada minuman hangat dan makanan kecil.
Para Pekerja dan Pilot Garuda Indonesia mendukung adanya pembenahan besar-besaran yang dilakukan oleh Menteri BUMN pada manajemen Garuda. Pembenahan itu yang utama adalah merestrukturisasi jumlah direksi PT Garuda yang dinilai terjadi pemborosan biaya organisasi. Jumlah Direksi saat ini ada sembilan orang, sedangkan sebelumnya hanya enam orang.
Ahmad menilai penambahan direksi itu tidak sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan efisiensi. Penambahan Direksi juga tidak diikuti dengan peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Sekarga memaparkan kondisi perusahaan saat ini, yaitu penambahan armada di Garuda tidak diikuti dengan kemampuan manajemen untuk membuat strategi penjualan produk penumpang dan kargo. Peningkatan pendapatan hanya sebesar 8,6 persen sementara peningkatan biaya sebesar 12,6 persen (Data Analyst Meeting Q3 2017).
Kinerja Keuangan Garuda indonesia sampai dengan Quarter lII-2017 semakin merosot dengan kerugian 207,5 juta dolar AS dan juga nilai saham Garuda Kode GlAA per 19 Januari 2018 per lembar hanya Rp 314, atau mengalami penurunan sebesar 58 persen dari nilai saham pada saat IPO.
Terjadi penurunan kinerja operasional Garuda Indonesia yang berdampak pada penundaan dan pembatalan penerbangan. Yang paling signifikan terjadi pada Desember lalu bertepatan dengan puncak liburan. Kondisi ini sangat merusak citra baik perusahaan (on-time performance).
Kondisi Hubungan industrial saat ini tidak harmonis karena perusahaan banyak melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja Bersama/Perjanjian Kerja Profesi yang sudah disepakati sehingga banyak menimbulkan perselisihan.
Serikat Pekerja dan Asosiasi Pilot Garuda meminta agar ada pergantian direksi dengan mengutamakan direksi yang profesional yang berasal dari internal PT Garuda Indonesia.