Rabu 24 Jan 2018 09:46 WIB

Rotterdam Punya Polisi Busana Mahal

Program tersebut dipicu dengan mulai maraknya anak-anak muda mengenakan barang mewah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Winda Destiana Putri
Polisi Rotterdam
Foto: Odditycentral
Polisi Rotterdam

REPUBLIKA.CO.ID, ROTTERDAM -- Polisi di kota Rotterdam, Belanda, menggelar program percontohan baru dan sangat kontroversial yang bertujuan untuk mengurangi kejahatan. Program ini akan menargetkan anak muda yang mengenakan pakaian desainer atau perhiasan mahal yang konon terlihat seperti mereka terlalu miskin untuk membeli barang-barang yang dimaksud.

Jika orang tersebut tidak dapat membuktikan kepada polisi bagaimana mereka bisa membeli pakaian atau aksesoris mereka, barang-barang tersebut berpotensi disita di tempat. Tersangka pun akan dilucuti di jalanan itu juga untuk melepas barang-barang yang dicurigai tersebut.
 
Program kontroversial itu akan berjalan dalam waktu yang terbatas, untuk menguji keefektifannya. Dalam menjalankan program tersebut, departemen kepolisian Rotterdam akan berkolaborasi dengan departemen penuntut umum untuk membantu mereka menentukan barang apa yang dapat mereka sita secara legal. Ide utama di balik usaha ini adalah untuk mencegah pencurian dengan mengirimkan sinyal jika pelaku tidak akan dapat menyimpan barang curian mereka.
 
"Mereka sering kali masih muda yang menganggap dirinya tidak tersentuh. Kami akan menanggalkan pakaian mereka di jalan," kata kepala polisi Rotterdam Frank Paauw mengatakan kepada surat kabar Belanda.
 
Program tersebut dipicu dengan mulai maraknya anak-anak muda mengenakan barang mewah di tempat umum. Padahal, jika ditelusuri, anak muda tersebut tidak memiliki penghasilan yang membuat bisa membeli barang mewah tersebut.
 
Juru bicara departemen tersebut mengatakan, polisi akan mengawasi barang-barang seperti jam rolex, jaket Gucci, dan semua jenis pakaian sejenisnya. Namun, juru bicara tersebut tidak dapat menentukan jenis kejahatan apa yang mereka harapkan dapat terkurangi dengan adanya program itu.
 
Banyak orang yang menyerang program tersebut. Kebanyakan mereka mengatakan jika tindakan penyitaan mungkin ilegal dan bisa segera mengarah pada pembuatan rasial.
 
"Tidak dilarang berjalan-jalan di jalan. Selain itu, seringkali tidak jelas bagaimana sehelai pakaian itu dibayar dan berapa umurnya," kata Ombudsman kota Anne Mieke Zwaneveld dikutip dari Oddity Central, Selasa (23/1).
 
Masyarakat yang mengkritik menyatakan, seringkali anak muda masih didukung oleh orang tua yang mampu membeli barang-barang mahal. Apalagi jika melihat, saat ini sangat mudah menemukan barang-barang diskon desainer terkenal secara online. Mereka menambahkan bahwa program ini kemungkinan hanya akan berhasil dalam mengembangkan kebencian antara penduduk setempat dan polisi yang dimaksudkan untuk melindungi masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement