Jumat 26 Jan 2018 00:46 WIB

Kemenag: Anggota Komunitas LGBT Perlu Didata

Sebab Kemenag melihat, gerakannya dilakukan secara rahasia dan diam-diam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Bayu Hermawan
Tolak LGBT/Ilustrasi
Tolak LGBT/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama, Khoiruddin memandang gerakan kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) tidak jauh beda dengan gerakan teroris. Karena, menurutnya, gerakannya dilakukan secara rahasia dan diam-diam.

"Kita tidak tahu teman kita ada penyimpangan seks kita gak tahu. Bisa-bisa yang badan kekar justru yang LGBT. Teroris juga sama itu karakternya diam-diam, tahu-tahu ngebom," ujar Khoiruddin saat berbincang dengan Republika.co.id, Kamis (26/1).

Karena itu, menurutnya, pihaknya juga kesulitan mendapatkan data tentang kaum LGBT. Karena, menurut dia, selama ini yang muncul ke publik hanya ketua komunitasnya saja, sedangkan anggotanya sulit ditemukan.

"Cari datanya itu susah, komunitasnya mereka juga cuma ketua, anggotanya berapa mereka gak kasih tahu. Karena mereka gerakannya gerakan rahasia," ucapnya.

Menurut dia, anggota komunitas LGBT ini butuh didata agar bisa dilakukan pembinaan baik secara agama maupun psikologis. Namun, kata dia, Kementerian Sosial atau Dinas Sosial juga tidak mempunyai data kelompok ini.

"Tanya ke Dinsos tidak punya juga hanya punya komunitasnya berapa jumlahnya. Mereka (LGBT) malu mengekspos, dan anggota mereka ada 100 atau 200 kita gak tahu," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Agama akan melakukan pembinaan terhadap kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) yang ada di Indonesia. Menurut dia, saat ini pihaknya sedang mencari data terkait adanya kelompok LGBT ini di daerah-daerah tertentu.

"Sudah pasti akan melakukan pembinaan. Jadi kita lagi sedang mencari data, sebenarnya berapa besar sih yang terpengaruh penyakit seperti ini. Karena ini penyakit berarti mereka bisa disembuhkan. Bukan berarti harus dihindarkan," ujar Khoiruddin saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/1).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement