REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional I DKI Jakarta menawarkan kerja sama kredit usaha rakyat (KUR) sebagai pinjaman modal dalam program One Kecamatan One Center of Enterpreneurship (OK OCE). Suku bunga pembiayaan ini berkisar di angka tujuh persen.
"OJK menawarkan KUR di angka tujuh persen," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (25/1) malam.
Sandiaga menyambut tawaran tersebut. Ia menyepakati akan memulai proses masuknya KUR dalam program OK OCE. Namun, masih akan perlu waktu untuk dapat merealisasikannya.
"Ini tawaran yang sangat menggiurkan dari OJK," ujar dia.
Penawaran ini sesuai dengan target yang pernah disampaikan Sandiaga beberapa waktu lalu. Ia ingin suku bunga pinjaman modal untuk program One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE) sebesar 7-9 persen.
UMKM penerima KUR, ilustrasi
Sebelumnya, program OK OCE memang sempat dikritik karena tingginya suku bunga modal yang ditawarkan. Dengan menggandeng Bank DKI sebagai rekanan utama, suku bunga yang ditawarkan untuk anggota mencapai 13 persen.
Sandiaga mengatakan bahwa tingkat suku bunga OK-OCE ditentukan dengan skema business-to-business (B2B). Adapun besaran 13 persen itu merupakan penawaran yang diberikan oleh Bank DKI.
Ia mengaku ada beberapa institusi perbankan dan pembiayaan yang mampu memberikan bunga lebih rendah dari 13 persen. Nantinya, peserta OK-OCE diharapkan dapat melihat sendiri layanan keuangan mana yang lebih kompetitif.
Ia mendorong perbankan untuk memberikan bunga yang lebih rendah dari yang ditawarkan Bank DKI sebesar 13 persen. Kendati demikian, Sandiaga mengaku, pada dasarnya para pedagang tidak masalah dengan besaran suku bunga yang ditetapkan.
Bahkan, menurut Sandiaga, pedagang tidak masalah dengan bunga di atas 20 persen. "Alhamdulillah ada 13 persen Bank DKI. Ada yang 16 persen, ada yang 19 persen. Malah teman-teman OK OCE bilang 24 persen juga mereka tidak apa-apa," kata mantan ketua himpunan pengusaha muda Indonesia (Hipmi) ini.
Bagi para pedagang, hal terpenting adalah mendapatkan akses permodalan. Mereka umumnya telah terbiasa membayar bunga dengan persentase lebih besar. "Mereka tidak pernah meributkan bunganya yang berapa, karena rata-rata di PD Pasar Jaya, Pak Arief kemarin sampaikan ada yang membayar 20 persen per minggu, ada yang membayar 5 persen per hari, karena tidak adanya akses permodalan," kata dia.