REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Investor sekaligus miliarder George Soros mengkritisi monopoli teknologi yang dilakukan Facebook dan Google dan meminta mereka lebih demokratis.
Dalam makan malam World Economic Forum di Davos, Swiss, Soros menyatakan media sosial menghambat inovasi karena kemampuan media sosial membentuk perhatian masyarakat. Di sisi lain, Soros yakin regulasi dan kebijakan pajak juga akan menyasar media sosial, demikian dilansir BBC, Kamis (25/1).
Selain itu, Soros menyebut pemerintahan Trump sebagai bahaya dunia dan yakin Trump akan tersingkir pada 2020 atau lebih cepat.
Kritik terbesar Soros sebenarnya tertuju kepada efek tak terduga dan transformatif dari penggunaan internet yang luas.
''Kekuatan untuk membentu perhatian masyarakat makin terkonsenrasi di beberapa perusahaan,'' kata Soros.
Merujuk Google dan Facebook, Soros mengatakan butuh usaha nyata untuk mempertahankan apa yang John Stuart Mill sebut sebagai kemerdekaan pikiran. ''Ada kemungkinan bila ini hilang, mereka yang hidup di era digital akan sulit meraihnya kembali,'' ucap Soros.
Menurutnya, hal itu akan berdampak jauh kepada politik dan terbukti dalam pemilu Presiden AS yang memenangkan Donald Trump. Pria berumur 87 tahun itu juga berulang kami memuji pejabat Uni Eropa, Margrethe Vestager, yang ia sebut akan menjadi 'lawan' media sosial.
Tanpa media sosial sendiri, Soros melihat UE adalah tempat terbaik melindungi masyarakat dari serbuan media sosial. Hal yang Soros nilai tidak dimiliki pemerintah AS.
''Monopoli internet entah mau atau tidak untuk melindungi masyarakat, akan menghadapi konsekuensi atas perbuatan mereka,'' ungkap Soros.
Soros yang merupakan penyintas Holocaust menyatakan kejadian dalam sejarah belakangan ini nampaknya lebih menyakitkan. Masyarakat saat ini berada dalam krisis. Berbagai bentuk kediktatoran dan negara-negara mafia seperti Rusia yang dipimpin Putin tengah menanjak.