REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terus bermunculan. Fenomena tersebut dinilai cukup menggembirakan mengingat sektor usaha ini mampu berkontribusi secara langsung terhadap kehidupan masyarakat di kelas bawah.
UMKM juga memiliki daya tahan tinggi dan mampu menopang perekonomian negara, bahkan saat terjadi krisis global. UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dan ASEAN. Sekitar 88,8-99,9 persen bentuk usaha di ASEAN adalah UMKM dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 51,7-97,2 persen.
Pada tahun 2014-2016 jumlah UMKM lebih dari 57,9 juta dan pada 2017 berkembang sampai lebih dari 59 juta unit. Sektor usaha ini memiliki proporsi sebesar 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit.
Tumbuhnya UKMK tersebut diapresiasi oleh es krim AICE. Perusahaan yang meraih gelar produk pendatang baru terbaik dalam Halal Awards 2017 ini pun berusaha untuk memperkuat UMKM dengan menawarkan kerja sama bisnis hinggsa sasaran perumahan serta mendonasikan lemari pendingin.
Sistem usaha tersebut selaras dengan pemaparan Ketua Delegasi RI, Duta Besar, Sudirman Haseng, dalam Asia Pacific Economic Cooperation - World Economic Forum (APEC WEF) 2017 yang berlangsung di Hue City, Vietnam. Katanya, saat ini Pemerintah Indonesia menerapkan program atau mekanisme pengembangan industri rumahan yang bertujuan untuk menurunkan angka kemiskinan.
Salah satu supervisor dari perusahaan distributor AICE Kota Pangkalpinang, Andri Domopoli, mengatakan, pihaknya memfokuskan pemasaran es krim di daerah permukiman padat penduduk.
"Langkah awal kami menuju pangsa pasar ke toko kelontong belum ke swalayan, karena targetnya adalah semua lapisan masyarakat. Toko kelontong dekat dengan pemukiman penduduk, masyarakat jadi tidak terlalu jauh untuk menikmati es krim AICE.” ujarnya.
Ia menambahkan, UMKM yang bergabung menjadi mitra AICE terus bertambah lantaran harganya cukup terjangkau dan varian rasanya yang begitu enak.
“AICE juga membantu pelaku UMKM dengan menyediakan freezer secara gratis untuk menambah pendapatan mereka,” ujarnya.
Sejak pertama hadir di Indonesia pada 2015, es krim AICE memperoleh peningkatan penjualan sampai 260 persen dari tahun 2016 hingga 2017.
“Pencapaian yang cukup signifikan menjadi motivasi perusahaan untuk memperluas pangsa pasarnya di tahun-tahun berikutnya. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari kerja sama dengan UMKM yang tersebar di sejumlah kota,” ucap Sylvana Zhong selaku brand manager AICE.
Saat ini AICE memiliki lebih kurang 80 ribu outlet di seluruh Indonesia. Sylvana menambahkan untuk mendukung pertumbuhan di tahun 2018, AICE membangun pabrik baru yang berlokasi di Jawa Timur, pabrik kedua setelah sebelumnya berada di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
"Kami akan terus mendukung Pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, antara lain melalui penyediaan lemari pendingin secara gratis kepada toko-toko dan reseller AICE rumahan yang memenuhi syarat agar mereka bisa mendapatkan pendapatan lebih untuk hidup yang lebih baik,” ujarnya.