REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyampaikan Indonesia akan mengekspor gas bumi ke Pakistan. Penjualan gas bumi sebanyak 1,5 juta ton per tahun ini akan dilakukan melalui PT Pertamina (Persero).
Menurut Jonan, penjualan gas bumi ini merupakan hasil kesepakatan dalam pembicaraan bilateral dengan pemerintah Pakistan. "Di sektor energi itu kami sepakat bahwa Indonesia melalui Pertaminaakan menjual gas bumi ke Pakistan," kata Jonan di Hotel Serena, Islamabad, Pakistan, Sabtu (27/1).
Kontrak penjualan gas bumi ini akan dilakukan selama 10 tahun. Pemerintah Indonesia pun juga sepakat untuk menambahkan opsi kontrak penjualan hingga lima tahun lagi.
Jonan mengatakan, nilai kerja sama ini bahkan mencapai sekitar enam juta dolar AS untuk sepuluh tahun kerja sama. "Kalau 15 tahun, bisa sampai 9-10 miliar dolar AS. Ini dihargai dengan harga yang sekarang ya, jadi harganya floating di setiap pengiriman," ujar Jonan.
Kerja sama pengiriman gas bumi ini tak hanya disepakati dengan Pemerintah Pakistan. Menurut Jonan, dalam kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Bangladesh, juga akan disepakati ekspor gas bumi dari Indonesia.
Ladang migas di Selat Timor.
"Perjanjian antar pemerintah sudah dilakukan kira-kira empat bulan yang lalu untuk hal yang sama (jual gas bumi)," kata Jonan.
Penjualan gas bumi ke Bangladesh ini sebesar satu juta ton per tahun selama sepuluh tahun kontrak. Nilai kerja sama ini pun mencapai sekitar empat miliar dolar AS.
"Jadi untuk dua negara sahabat ini, ekspor gas untuk 10 tahunke depan di harga saat ini, jadi kira-kira 10 miliar dolar AS untuk 10 tahun. 1,5 juta metrik ton per tahun (MTPA) untuk Pakistan, 1 juta MTPA untuk Bangladesh," jelas dia.
Jonan pun menegaskan, ekspor gas bumi ini tak akan mempengaruhi pasokan gas di dalam negeri. "Tidak, biasanya ini kita jual on the spot. Jadi kelebihan hasil gasnya itu dijual on the spot. Kita jual long term supaya kegiatan hulu migas di Indonesia lebih stabil," ujar Jonan.