REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menggelar seminar nasional dengan tema 'Aktualisasi Pemikiran KH. Hasyim Asyari dalam Konteks Kenegaraan dan Kebangsaan.' Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid mengungkapkan, digelarnya acara tersebut adalah untuk menggali keilmuan Hasyim Asyari untuk diimpelentasikan di zaman saat ini.
"Kami ingin menggali masalah keilmuan kiai Hasyim Asyari dikaitkan dengan perkembangan keadaan sekarang. Jadi konteks sekarang, tapi mengambil pemikiran Hasyim Asyari," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Ahad (28/1).
Gus Sholah mengatakan keseriusannya untuk menerjemahkan pemikiran-pemikiran Hasyim Asyari agar bisa diaplikasikan masyarakat. Bahkan, kata dia, ke depannya acara serupa kemungkinan akan diintensifkan dan digelar lebih sering.
"Ini kami baru dua kali menyelenggarakannya. Mungkin nantinya setiap tahun bisa tiga kali kami menyelenggarakan, sehingga nantinya kajian itu bisa menyimpulkan pemikiran-pemikiran Hasyim Asyari," ujar Gus Sholah.
Salah satu narasumber yang memberikan pemaparannya dalam acara tersebut adalah Ahmad Syafii Maarif. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu berpemdapat, pengkajian pemikiran Hasyim Asyari sangat penting dilakukan. Apalagi, di tengah perpecahan umat yang semakin hari semakin meruncing.
"Sangat urgen (untuk membedah pemikiran Hasyim Asyari) kalau melihat perpecahan umat yang terjadi sekarang. Perpecahan bangsa itu sangat terasa. Harus dijadikan arus utama pemikiran Hasyim Asyari demi masa depan kita yang lebih bermartabat, lebih adil dan untuk kita semua," kata Buya Syafii.
Pendiri Maarif Institute itu berharap, ke depan media massa bisa berperan untuk mensyiarkan pemikiran-pemikiran Hasyim Asyari tersebut. Bahkan, kata dia, akan lebih bagus jika ada televisi yang menayangkan kajian soal pemikiran-pemikiran Hasyim Asyari tersebut.
"Harus terus dilakukan untuk mengkaji pemikiran Hasyim Asyari ini. Kalau perlu ada program di TV kita dialogkan pemikiran ini secara bersama-sama, diambil dari sumber otentik supaya kita berangkat dari sesuatu yang fakta," ujar Buya Syafii.