REPUBLIKA.CO.ID, SAMARRA -- Menjual hasil kerajinan tangan adalah salah satu cara yang diandalkan para pengungsi wanita di Irak untuk menafkahi keluarga mereka. Lamia Rahim, satu dari puluhan wanita yang mengungsi karena kekerasan, merangkai manik-manik menjadi sebuah hiasan yang bernilai.
"Sudah beberapa lama sejak kami mengungsi dan suami saya tidak dapat menemukan pekerjaan. Saya harus mengurus keluarga," kata ibu dari empat orang tersebut kepada AFP dikutip The Malay Mail Online.
Pekerjaan yang dilakukan Rahim adalah bagian dari inisiatif lokal yang dibentuk untuk membantu keluarga yang melarikan diri dari militan dan menetap di sebuah sekolah di kota Samarra yang berlokasi 100 kilometer di utara Baghdad.
Di ruang kelas yang telah berubah menjadi bengkel kerja, para wanita berjilbab bekerja dengan susah payah untuk menghasilkan pendapatan yang dibutuhkan untuk menghidupi orang-orang yang mereka cintai. Para wanita ini menyulap manik-manik menjadi berbagai bentuk hiasan seperti miniatur menara Samarra, gerbang Ishtar hingga menara Eiffel yang terkenal di Paris.
"125 wanita telah dilatih di bidang kerajinan tangan, termasuk membuat miniatur manik-manik," kata presenter radio lokal Iman Ahmad yang mendirikan proyek ini setahun yang lalu.
Kerajinan yang dibuat oleh para wanita telah terjual di beberapa pameran termasuk pameran lokal. Ahmad mengatakan setiap bulan kerajinan tangan kolektif tersebut mampu menghasilkan sekitar 1.000 dolar AS atau sekitar Rp 13 juta. Ini merupakan jumlah tercepat yang bisa dikumpulkan para pengungsi sejuah ini.
Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan bahwa sekitar 2,5 juta orang masih mengungsi di Irak, bahkan lebih dari 3,2 juta telah kembali ke rumah mereka.