Senin 29 Jan 2018 16:44 WIB

Aurangzeb, Sang Penguasa Bergelar Alamgir

Saat menjadi sultan Mughal, dia memulihkan stabilitas negara yang sempat melemah.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Seorang Muslim India membaca Alquran saat Ramadhan di sebuah masjid peninggalan era Mughal di New Delhi, India.
Foto: AP PHOTO/Altaf Qadri
Seorang Muslim India membaca Alquran saat Ramadhan di sebuah masjid peninggalan era Mughal di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aurangzeb lahir dengan nama Muhiuddin Muhammad pada 1618. Sejak muda, anak keenam Mumtaz Mahal ini dikenal sebagai figur yang pantang menyerah.Gelarnya dari sang ayah adalah Bahadur yang berarti pemberani.' 

Aurangzeb naik ke tampuk kekuasaan saat berusia 40 tahun setelah berhasil mengungguli para saudaranya. Kepemimpinannya bertahan hampir setengah abad lamanya hingga 1707.

Saat menjadi sultan Mughal, dia memulihkan stabilitas negara yang sempat melemah. Dia berhasil menjadikan Mughal untuk kesekian kalinya sebagai salah satu kerajaan paling makmur sejagad raya.

Jumlah penduduk Kesultanan Mughal saat itu mencapai 158 juta jiwa. Kekayaan sang sultan diketahui jauh melampaui para raja Eropa yang hidup sezaman.Bahkan, hampir seperempat kekayaan dunia waktu itu berada dalam kendali Kesultanan Mughal.

Saat ayahnya masih berkuasa, Aurang zeb memimpin pasukan yang bertugas meredam pemberontakan di sejumlah wilayah Mughal, termasuk Bundelkhand. Sesudah misi itu berhasil, dia kembali ditugaskan untuk memukul mundur pasukan Ahme dnagar dan sekutunya di dataran tinggi Dekka. Kelak, pengalaman tempur ini akan berguna untuknya merebut kekuasaan tertinggi di istana Mughal.

Dalam perang sipil di akhir era Shah Jahan, Aurangzeb berhasil menyingkirkan tiga saudaranya untuk meraih kekuasaan. Pada 1658 dia resmi menjadi raja keenam Ke sultanan Mughal.

Sejak kepemimpinannya, syariat Islam diberlakukan lebih ketat lagi di Anak Benua India. Dia sendiri merupakan pengikut mazhab Hanafi dan berupaya menjadi seorang Muslim yang saleh.

Selama tujuh tahun berkuasa, dia biasa menghabiskan waktunya untuk menghafal Alquran. Sedemikian enggannya dia berkompromi terhadap aturan syariat.Pada 1679, misalnya, penguasa bergelar Alamgir (sang penggenggam dunia)itu memberlakukan kembali aturan pajak atas kafir dzim mi yang ditiadakan Sultan Akbar hampir 100 tahun silam. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement