Senin 29 Jan 2018 18:35 WIB

Hakim Konfirmasi Keterangan Berbeda Gamawan dan Bawahannya

Irman pernah melapor ke Gamawan soal aliran dana Rp 79 miliar, tapi tak direspons.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Mantan Mendagri Gamawan Fauzi bersama mantan Sekjen Kemendagri Diah Anggraini (dari kiri) memberikan paparan saat menjadi saksi pada sidang kasus korupsi pengadaan KTP elektronik dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Mantan Mendagri Gamawan Fauzi bersama mantan Sekjen Kemendagri Diah Anggraini (dari kiri) memberikan paparan saat menjadi saksi pada sidang kasus korupsi pengadaan KTP elektronik dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi dihadirkan jaksa penuntut umum KPK dalam sidang lanjutan proyek pengadaan KTP-el dengan terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1). Dalam persidangan, Gamawan mengaku tak tahu menahu adanya korupsi dalam proyek pengadaan KTP-el.

"Saya enggak mengerti proses KTP-el korupsinya di mana," kata Gamawan di ruang persidangan, Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/1).

Bahkan, ia mengaku sempat marah besar saat mendengar adanya isu pejabat Kemendagri menerima dana sebesar Rp 78 miliar dari pengusaha penggarap proyek KTP-el. Padahal, dalam fakta persidangan Kamis (25/1) pekan lalu, mantan dirjen Dukcapil Kemendagri yang juga merupakan terdakwa kasus ini, Irman mengatakan, Gamawan diam saat diberi tahu ada pengusaha yang memberikan sejumlah uang kepada mantan direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri, Sugiharto.

"Ada konfirmasi pemberian uang saudara marah-marah. Ini bagaimana kenyataannya mereka terima uang," tanya Hakim Anshori.

"Saya prinsip ke Irman jangan anda main-main, kemudian ketika dia bilang ini sumber dari bu Dyah tapi jumlah tidak jelas berapa, kan bu Dyah katakan ini Sugiharto terima uang itu setelah proyek berjalan saya marah, saya berkali-kali katakan jangan ada KKN, jangan ada macam-macam, target harus tercapai ikuti peraturan berlaku," jawab Gamawan.

Dalam persidangan, Gamawan juga mengaku tidak pernah mengetahui adanya pengaturan lelang dan pengadaan dalam proyek KTP-el. Ia juga menyatakan tidak mengetahui adanya penggelembungan anggaran.

"Saya tidak pernah tahu ada mark up," kata Gamawan.

Meski demikian, Gamawan membantah tidak melakukan pengawasan dalam proyek senilai Rp 5,9 triliun itu. Gamawan mengatakan, bahwa ia sudah meminta pendampingan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selain itu, ia meminta dua kali audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian, meminta pendampingan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

"Saya enggak pernah tahu. Silakan dibuka kembali bagaimana saya meminta dikawal," tegas Gamawan.

Dalam persidangan lalu, Irman mengaku pernah melaporkan kepada Gamawan bahwa, pejabat Kemendagri akan mendapat Rp 78 miliar. Namun, saat mendengar hal itu, menurut Irman, Gamawan hanya diam saja, tanpa merespons.

"Pak Gamawan tidak ada komentar soal itu," kata Irman kepada Majelis Hakim di ruang sidang Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (25/1).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement