Senin 29 Jan 2018 20:48 WIB

Satgas TNI Beroperasi Satu Tahun Atasi Gizi Buruk Papua

TNI menerapkan tiga strategi untuk meminimalkan KLB campak dan gizi buruk.

Foto udara hamparan rumah di atas rawa dan sungai di kota Agats Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Foto udara hamparan rumah di atas rawa dan sungai di kota Agats Kabupaten Asmat, Papua, Senin (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Tentara Nasional Indonesia (TNI) khusus bidang kesehatan akan beroperasi selama satu tahun di Papua untuk mengatasi gizi buruk dan kasus campak di sejumlah kabupaten di Papua, kata Kapuspen TNI Mayjen Sabrar Fadhilah.

"Satgas TNI yang dibentuk atas Perintah Presiden Joko Widodo akan bekerja selama satu tahun karena dinamika yang terjadi di sana sangat kompleks," katanya dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk "Tantangan Kesehatan Masyarakat Papua" yang digelar di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Senin (29/1).

Ia mengatakan pada 25 Januari TNI telah mengirimkan tim pertama dari satgas tersebut, dan kabar terakhir hari ini sudah sampai di pos-pos di sana (Papua). "Selain itu, hari ini (29/1) kami mengirim tim kedua," katanya.

Melalui tim tersebut, TNI menerapkan tiga strategi untuk meminimalkan KLB campak dan gizi buruk, yakni segera merawat orang-orang yang terjangkit penyakit, kemudian jika tidak bisa dirawat ditempat maka segera dikirim ke rumah sakit, serta memberikan imunisasi.

Ia menjelaskan satgas kesehatan tersebut akan memanfaatkan semua fasilitas yang ada di sana, sehingga nantinya akan ada "flying doctor", dokter perahu, dan lain sebagainya. "Ke depannya tidak menutup kemungkinan kami akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait lainnya, dari kami sendiri mengirimkan 260 orang," ujarnya.

Sabrar Fadhilah mengatakan sebelum mengirimkan satgas khusus, TNI juga telah menerjunkan sebuah tim yang terdiri dari 55 orang pada awal terdeteksinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak dan gizi buruk di Asgats, Kabupaten Asmat, Papua.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam forum itu menegaskan penanganan kasus campak dan gizi buruk dilaksanakan melalui kolaborasi bersama kementerian serta lembaga terkait lainnya. "Kami bekerja sama dengan TNI, polisi, Kementerian Sosial secara terpadu. Kami membuat program 10 hari pertama ini sudah, 10 hari dilakukan beberapa kegiatan sampai tiga kali, hingga satu bulan," ujar Menkes

Tim kesehatan terpadu sudah memeriksa 12.398 anak sejak September 2017 hingga 25 Januari 2018. Mereka mendapat pelayanan kesehatan optimal. Menkes juga mengonfirmasi bahwa terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk.

Data di Posko Induk Penanggulangan KLB Asmat di Agats disebutkan 37 anak meninggal di Distrik Pulau Tiga, 15 anak di Distrik Fayit, 8 anak di Distrik Aswi, 4 anak di Distrik Akat, dan 6 lainnya meninggal di RSUD Agats. Wabah campak dan gizi buruk sejak September 2017 hingga 24 Januari 2018 mengakibatkan 65 korban meninggal akibat gizi buruk, empat anak lainnya karena campak, dan satu orang karena tetanus.

Hadir sebagai narasumber dalam forum tersebut, antara lain Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Sosial Idrus Marham, Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho, dan Kapuspen TNI Mayjen Sabrar Fadhilah.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement