REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Salah satu pria paling berkuasa di pemerintahan militer Thailand tengah menjadi sorotan karena kecintaannya terhadap jam tangan mahal. Komisi Antikorupsi Nasional Thailand sedang menyelidiki dugaan Wakil Perdana Menteri Jenderal Prawit Wongsuwan, tampil di depan publik mengenakan 25 jam tangan mewah berbeda dengan total nilai estimasi sebesar 1,5 juta dolar AS (atau setara Rp 15 miliar).
Skandal itu bermula saat Jenderal Prawit difoto terlihat melindungi matanya dari sengatan sinar matahari saat pemotretan, memperlihatkan sebuah jam yang tampak mewah. Jam itu diidentifikasi oleh warga Thailand di media sosial sebagai jam tangan merek Richard Mille RM29, senilai 100 ribu dolar AS (atau setara Rp 1 miliar).
"Orang-orang Thailand marah ... ini adalah jam untuk bintang film, bukan jenderal yang ingin memerangi korupsi," kata seorang warga Thailand yang mengelola sebuah halaman Facebook yang bernama CSI-LA.
Ia berbicara dengan ABC dari Amerika Serikat tanpa menyebut nama tentang perannya dalam mengumpulkan dan menerbitkan informasi tentang jam tangan Jenderal Prawit. Skandal jam tangan tersebut telah menarik perhatian warga Thailand, terutama mengingat junta militer menggulingkan pemerintah terpilih pada 2014 berjanji mengatasi korupsi.
Dalam beberapa pekan terakhir, detektif amatir daring telah melacak foto dan video lama untuk menemukan lebih banyak jam tangan -tak ada satu pun dari barang itu yang diumumkan di daftar aset Jenderal Prawit. "Masalahnya adalah bagaimana ia mendapatkan semua aset ini," kata Srisuwan Janya, sekretaris jenderal ‘Asosiasi untuk Melindungi Konstitusi Thailand’.
"Nilai jam tangan ini lebih dari 30 juta baht [1,2 juta dolar AS atau setara Rp 12 miliar] dan pendapatannya yang berasal dari para pembayar pajak adalah sekitar dua juta baht [ 94 ribu dolar AS atau setara Rp 940 juta] per tahun," kata Srisuwan.
Jenderal Prawit mengatakan seorang teman pengusaha kaya meminjaminya jam tangan, tapi itu belum meyakinkan banyak orang Thailand, sebagian karena teman yang disebut-sebut itu meninggal tahun lalu. Komisi Antikorupsi Nasional Thailand sedang menyelidiki, namun kepala badan tersebut juga tentara yang ditunjuk oleh junta yang pernah bekerja secara langsung untuk Jenderal Prawit.
Ini bukan pertama kalinya Wakil Perdana Menteri itu menjadi pusat skandal. Pada 2016, ia dituduh makan kaviar dengan pesawat carter seharga 822 ribu dolar AS (atau setara Rp 8,22 miliar) ke Hawaii untuk konferensi pertahanan selama tiga hari, termasuk pengeluaran 23 ribu dolar AS (atau setara Rp 230 juta) yang digunakan untuk makanan dalam penerbangan. Boeing 747-400 memiliki kapasitas 416 penumpang namun delegasi pertahanan hanya 38 orang.
Sebagai Menteri Pertahanan, Jenderal Prawit juga memimpin belanja militer, memesan kapal selam dan tank. Pemerintah militer sejauh ini telah mendukung sang Jenderal.
"Anda mungkin lupa ini adalah masalah pribadi ... kekurangan pribadi," kata Perdana Menteri Jenderal Prayut Chan-o-cha, dikutip surat kabar Bangkok Post.
Jenderal Prawit dianggap sebagai pendukung utama Jenderal Prayut dan negosiator ulung di dunia politik Thailand. Skandal jam tangan itu berisiko mencemari kedua pria tersebut pada masa kritis junta.
Meskipun berjanji mengadakan Pemilu pada November, ada langkah-langkah menunda pemungutan suara untuk tahun keempat berturut-turut dengan petunjuk Jenderal Prayut bisa bertindak sebagai "Perdana Menteri di luar lingkaran" atau bahkan memimpin sebuah partai baru yang didukung militer.
"Saya pikir, Pemerintah gagal dalam ujian untuk menekan korupsi dan kesalahan yang serius," kata aktivis antikorupsi, Srisuwan Janya.
"Orang-orang membandingkan [skandal jam tangan] ini dengan cara pemerintah secara serius menekan pemrotes atau politisi yang berada di pihak yang berlawanan," kata Srisuwan.
"Tapi ketika kasus ini terjadi, dengan tokoh kuat di dalam Pemerintah, Perdana Menteri tidak mengatakan apapun atau mengirim sinyal apa pun untuk menyelesaikan masalah ini dengan pasti," katanya.
Satu orang bertekad tetap membuat kasus ini berada dalam sorotan. Ekachai Hongkangwan adalah seorang kritikus junta yang terkenal.
Ia juga sempat dipenjarakan lebih dari tiga tahun karena telah menjual salinan dokumenter ABC tentang pria yang sekarang menjadi raja Thailand. Belakangan ini, perhatian Ekachai terpusat Jenderal Prawit dan aksinya menarik massa.
Ia muncul di sejumlah acara yang dihadiri Wakil Perdana Menteri itu dengan sebuah spanduk dan pilihan jam tangan murah yang melingkari lengannya. "Saya mencoba memberi [sebuah] jam tangan dan poster untuk Prawit Wangsuwan ... ia mengatakan bahwa ia seorang tentara tapi ia pengecut, lebih pengecut lebih dari orang banyak," kata Ekachai.
Teks yang ditulis untuk aksi Ekachai itu adalah "sudah waktunya" bagi junta militer untuk menyerahkan kekuasaan kembali kepada sipil. "Masanya pemerintah ini sudah habis," kata Ekachai.
Berbicara seperti ini bisa berbahaya.
Tak lama setelah Ekachai berbicara dengan ABC pada Selasa (23/1), ia diserang di jalan, dipukul berulang kali oleh seorang pria yang menuduhnya menentang monarki Thailand. Ekachai mengatakan ia tak akan gentar melakukan demonstrasi serupa di masa depan, dengan mengatakan reaksi keras tersebut menunjukkan kampanyenya berdampak.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.