REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di pesisir menunda penangkapan ikan secara tradisional. Alasannya, cuaca ekstrem diperkirakan akan melanda beberapa wilayah Indonesia sepekan ke depan sehingga menyebabkan gelombang tinggi air laut.
"Masyarakat secara umum diimbau menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/1).
Dwikorita menyampaikan berdasarkan analisis BMKG, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam jangka waktu sepekan ke depan (29 Januari-3 Februari 2018) masih akan terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan pada posisi saat ini, matahari berada di belahan bumi selatan akibatnya suhu udara di belahan bumi selatan lebih tinggi daripada belahan bumi utara.
Kondisi ini mengakibatkan adanya tekanan rendah di belahan bumi selatan. Sehingga terjadi aliran udara dingin dari belahan bumi utara tepatnya dari daratan Asia, termasuk Samudera Pasifik di sekitar Filipina atau bagian utara barat pasifik serta aliran udara dingin dari arah Samudera Hindia.
Aliran udara tersebut semuanya menuju ke belahan bumi selatan tepatnya ke arah Australia. Akibatnya, beberapa wilayah Indonesia bagian barat dan selatan terlewati aliran udara dingin asia Samudera Hindia, dan Filipina.
"Kondisi inilah yang memicu terjadinya potensi hujan dan angin dengan kecepatan tinggi, terutama di Aceh, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, Papua Barat, dan Papua," jelas Dwikorita.
Dwikorita mengatakan kondisi ini membawa uap air baik dari Samudera Pasifik maupun Samudera Hindia dari arah barat. Sehingga, mengakibatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang dengan kecepatan 25 knot atau berkisar 36 km/jam hingga 35 knot atau 70 km/jam di daerah tersebut.
Selain itu juga terjadi gelombang tinggi Laut Jawa, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa, Selat Sunda, Perairan Utara Jawa Tengah, Perairan Utara NTB hingga NTT, serta Pesisir Utara Pulau Jawa. Sementara itu gelombang tinggi empat hingga enam meter (very rough sea) berpeluang terjadi di Samudera Hindia Selatan Jawa hingga NTT, Perairan Selatan Pulau Sumba, Pulau Sawu, Pulau Rote, Laut Timor, dan Laut Arafuru.
Sedangkan tinggi gelombang 2,5-empat meter (rough sea) berpeluang terjadi di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Selat Sunda Bagian Selatan, Perairan Selatan Jawa, Perairan Kepulauan Sermata-Leti, Perairan Kepualauan Babar-Tanimbar.