Selasa 30 Jan 2018 15:37 WIB

RS Siti Khodijah Disebut Suntik Pasien yang Sudah Meninggal

Setelah disuntik, keluarga mengecek korban sudah tak memiliki denyut nadi

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bilal Ramadhan
Jenazah (ilustrasi).
Foto: Immortal.org/ca
Jenazah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Dugaan terjadinya malapraktik di Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo, Jawa Timur menyeruak ke publik. Dugaan malpraktik tersebut menjadi ramai setelah salah seorang warga Sidoarjo Abu Daud Hamzah (41) mengaku dirugikan oleh rumah sakit tersebut.

Daud merasa dirugikan lantaran Rumah Sakit Siti Khodijah dianggap lalai memberikan pertolongan terhadap ibunya yang bernama Supariah, sehingga nyawa pasien tak tertolong. Daud juga menyatakan, perawat di rumah sakit tersebut berlaku sembrono, karena berani menyuntik pasien yang sudah tak bernyawa.

Daud pun membeberkan kronologi versinya. Kejadian tersebut bermula pada 20 Desember 2017 pukul 04.30 WIB, saat dirinya mengantar sang ibu ke RS Siti Khodijah untuk berobat.

"Ibu mengeluh kepala pusing, dan sedikit mual," kata Daud di Sidoarjo, Selasa (30/1).

Saat datang ke rumah sakit, pasien langsung ditangani oleh dokter yang bertugas, dengan diberi suntikan dan diberi resep obat untuk dibeli di apotik. Daud kemudian membawa sang ibu kembali ke rumah sambil menebus obat yang resepnya diberikan dokter tadi.

Tapi, selang empat jam, kondisi Supariyah tak kunjung membaik dan malah memburuk. Daud beserta saudaranya Faisal kemudian kembali membawa Supariyah ke rumah sakit yang sama.

Daud mengaku, pasien sempat ditolak rumah sakit dengan alasan kamar penuh, saat ingin berobat menggunakan BPJS. "Kakak saya mengatakan kepada petugas bahwa ibu saya bukan pasien BPJS tapi pasien umum yang siap membayar berapapun asal pasien tertolong," ujar Daud.

Pihak rumah sakit pun menyatakan ada kamar kosong untuk pasien umum dan sang pasien bisa langsung dirawat. Pukul 11.30 di hari yang sama, Supariyah mulai menjalani perawatan di ruang Pav Multazam 08.

Petugas menginformasikan kepada Daud, dokter yang akan menangani pasien adalah dokter Zakaria (spesialis penyakit dalam), dan Dokter Hamdan (spesialis syaraf). Namun, harapan keluarga agar pasien segera mendapat perawatan dari kedua dokter tersebut tak kunjung terwujud.

Baru pada pukul 14.30 di hari berikutnya, Dokter Zakaria memasuki ruangan dan memberi perawatan kepada pasien. "Dia mengatakan pasien ada syarafnya yang terganggu sehingga tidak mau menerima makanan dan itu bukan kapasitasnya untuk menanganinya. Artinya yang berhak memeriksa adalah Dokter Hamdan," kata Daud.

Akan tetapi, lanjut Hamdan, dalam keadaan kondisi pasien yang semakin kritis, Dokter Hamdan tak kunjung memberi perawatan. Bahkan hingga malam hari pada Kamis (21/12) Dokter Hamdan tak kunjung mendatangi ruangan dan memberi perawatan.

"Dalam kondisi pasien yang semakin kritis, hanya dilakukan penyuntikan oleh suster yang bertugas," kata Daud.

Sampai pada pukul 20.00 WIB di hari yang sama, pihak keluarga menyampaikan protes kepada kepada suster yang piket. Daud beserta keluarga meminta perawat menyampaikan kepada Dokter Hamdan untuk segera menangani sang ibu.

"Tolong sampaikan kepada pimpinan anda Dokter Hamdan, apabila terjadi apa-apa kepada ibu saya sebelum dokter datang kalian semua akan saya tuntut," kata Daud mencontohkan protesnya kepada suster yang piket kala itu.

Namun sampai pukul 21.00 WIB di hari yang sama, Dokter Hamdan tak kunjung datang. Tetapi, kata Daud, suster yang bertugas saat itu masih terus saja melakukan penyuntikan kepada pasien, tanpa mengecek kondisi pasien.

"Kecurigaan saya semakin menjadi karena ibu saya disuntik tapi kok tidak bergerak. Saya beserta keluarga pun mengecek denyut nadi di tangan kanan dan kiri, tapi ternyata denyut nadi sudah tidak ada," kata Daud.

Spontan, Daud beserta keluarga melakukan protes kepada pihak rumah sakit sehingga membuat suasana di sana menjadi ramai. Baru lah Dokter Hamdan datang ke sana. Daud beserta keluarga pun mengaku mengabadikan kejadian tersebut dalam video yang diunggahnya dan menjadi ramai di media sosial.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement