REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Pengacara Rumah Sakit Siti Khodijah Masbuhin membantah tuduhan adanya malapraktik di RS Siti Khodijah. Bantahan tersebut dilontarkan lantaran sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial, RS Siti Khodijah menelantarkan pasien hingga meninggal.
Tak hanya itu, perawat di RS Siti Khodijah juga disebut berlaku sembrono karena menyuntik pasien yang sudah meninggal tadi. Masbuhin mengaku, berita dan video yang viral di media sosial tersebut adalah hoax atau bohong.
"Kami mengetahui motif penyebarannya dilakukan secara sistematis, masif, dan terstruktur oleh seorang bernama DH (41), dengan tujuan untuk mencemarkan nama baik rumah sakit dan dokter Hamdan (direktur RS Siti Khodijah)," kata Masbuhin di RS Siti Khodijah, Jalan Pahlawan Nomor 260, Bebekan, Taman, Kabupaten Sidoarjo, Selasa (30/1).
(Baca: RS Khodijah Disebut Menyuntik Pasien Meninggal)
Masbuhin menduga, berita dan video itu sengaja disebarkan oleh DH yang sejak awal sudah memiliki motif dan niatan tidak baik terhadap RS Siti Khodijah dan dokter Hamdan. Bahkan, sebelum ibunya yang dirawat di RS Siti Khodijah meninggal, DH sempat memberikan ancaman kepada para perawat yang bertugas.
"Kalimatnya begini. Aku rekam nanti ya, biar kalah gak apa-apa sing penting jenenge (nama) rumah sakit elek (jelek)" ujar Masbuhin mencontohkan ucapan DH.
Masbuhin kemudian membeberkan kronologi versinya, terkait perawatan yang dilakukan rumah sakit terhadap pasien yang meninggal tersebut. Pada pukul 22.00 WIB Kamis (21/12), perawat membangunkan pasien yang sedang tidur.
Tujuan dibangunkannya pasien adalah untuk memberikan injeksi obat vomceran dan OMZ. Sebelum melakukan injeksi, perawat terlebih dahulu melakukan pemeriksaan nadi, pernapasan dan lain-lain.
"Saat itu kondisi pasien normal karena napas teratur dan denyut nadi kuat," kata Masbuhin.
Kemudian 20 menit berselang, Dokter Hamdan yang menangani pasien melakukan visite dan pemeriksaan terhadap pasien setelah dilakukan injeksi oleh perawat. Dalam pemeriksaan diketahui nadi, jantung, dan paru-paru pasien dinyatakan normal.
Kemudian, 15 menit berselang, Dokter Hamdan meninggalkan ruanga untuk melakukan visite ke pasien lainnya. Pada jam 22.45 WIB keluarga pasien menghubungi perawat meminta kembali dilakukan pemeriksaan.
Perawat kemudian kembali ke kamar pasien untuk melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan ini diketahui, Sp02 tidak terukur, tensi tidak teratur, nadi tidak teraba. Kemudian pasien pun langsung melaporkan ke Dokter Hamdan.
"Dokter Hamdan langsung memeriksa pasien dan melakukan pijat jantung. Akan tetapi tidak mampu menyelamatkan jiwa pasien. Dan pasien dinyatakan meninggal sekitar jam 23.00 akibat serangan jantung," ujar Masbuhin.
Maka dari itu, Masbuhin menyangkal adanya penelantaran pasien yang dilakukan oleh pihak RS Siti Khodijah, dalam hal ini Dokter Hamdan. Masbuhin juga menyangkal adanya injeksi yang dilakukan perawat saat pasien sudah meninggal dunia.
Dugaan terjadinya malapraktik di Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoarjo, Jawa Timur menyeruak ke publik. Dugaan malapraktik tersebut menjadi ramai setelah salah seorang warga Sidoarjo Abu Daud Hamzah (41) mengaku dirugikan oleh rumah sakit jaringan Muhammadiyah tersebut.
Daud merasa dirugikan lantaran Rumah Sakit Siti Khodijah dianggap lalai memberikan pertolongan terhadap ibunya yang bernama Supariah, sehingga nyawa pasien tak tertolong. Daud juga menyatakan, perawat di rumah sakit tersebut berlaku sembrono, karena berani menyuntik pasien yang sudah tak bernyawa.