REPUBLIKA.CO.ID, Seorang Muslim Suriah dan ilmuwan Islam, Bassam Tibi, telah mengembangkan idiom versi baru Islam: Euro-Islam. Ini adalah sebuah versi adaptasi dari Islam untuk kepentingan Uni Eropa. Namun tampaknya, mereka tidak dapat berintegrasi ke dalam kehidupan orang Eropa karena sejumlah prinsip agama.
Secara khusus, istilah Euro-Islam mengusulkan untuk memisahkan agama dan politik, menolak hukum jihad dan syariah, menerima demokrasi dan toleransi, hidup dan berosialisasi orang-orang dengan kepercayaan yang berbeda, serta bukannya menundukan satu sama lain. Istilah Euro-Islam juga membayangkan penolakan superioritas umat Islam terhadap orang-orang yang mempraktikkan agama lain.
"Hanya orang yang tidak percaya Tuhan saja yang bisa membuat proposal semacam itu yang pada umumnya tidak bertujuan menampung arti kehidupan," kata ketua Administrasi Spiritual Muslim dari Ossetia Utara-Alania, Mufti Khadzhimurad Gatsalov, mengatakan kepada Pravda.Ru. "Saya percaya hanya orang tolol dan sakit yang bisa mengusulkan ini," katanya.
"Tidak ada arogansi dalam Islam. Dan jelas sekali ada toleransi dalam Islam. Islam memiliki semua hal yang telah dipopulerkan oleh dunia Barat sejak lama. Tidak ada Islam tanpa Syariah. Hanya orang yang tidak percaya Allah saja yang bisa datang dengan sesuatu seperti ini. Harap diketahu prinsip dasar Islam itu baik untuk seluruh umat manusia. Tidak ada jihad dalam Islam dalam pengertian yang ada di dunia saat ini, " ujarnya.
Menurutnya, Islam itu adala rahmat, kebaikan, kesempurnaan jiwa manusia. Oleh karena itu, setiap orang yang menganut Islam, pasti bagus untuk masyarakat manapun. Jika seseorang tidak menaatinya dan menyebut diri mereka sebagai Muslim, maka orang-orang seperti itu adalah masalah bagi masyarakat manapun, termasuk orang-orang Islam.
"Apa nilai-nilai demokrasi Eropa seperti yang dibicarakan orang ini? Bagi saya, sama sekali tidak ada nilai demokrasi di Eropa. Baik itu di hati dan moralitas. Tidak ada hal seperti itu di Barat,'' tegas Mufti Khadzhimurad Gatsalov.
Jadi lanjutnya, ketika seseorang mulai mengatakan bahwa Eropa adalah wilayah demokrasi, kedengarannya menggelikan."Di Eropa itu tidak ada tempat untuk agama, termasuk Ortodoksi. Di sanalah tempat di mana orang menyebarkan pernikahan gay, menginjak-injak moralitas dan menghancurkan esensi moralitas."
"Mereka yang datang ke Eropa harus banyak bekerja. Banyak hal yang orang lakukan saat mereka datang ke Eropa. Mereka tidak berdoa lagi. Mereka malah dengan cara yang sangat kasar kemudan menghina dan melecehkan wanita dan semua hal yang sangat dikutuk dalam Islam," kara Mufti Khadzhimurad Gatsalov.
Jadi lanjut dia, masalahnya bukan tentang Islam. :Saya selalu menentang istiah seperti perang peradaban. Ini karena kita semua adalah anak peradaban manusia, namun kita berada pada lapisan yang berbeda dari peradaban, juga karena memiliki tingkat pendidikan dan kebudayaan yang berbeda.
"Jika orang hidup menganut agama Islam dan agama lain, termasuk agama Kristen, kita pasti akan hidup dalam damai. Islam mengajarkan segala hal yang oleh Barat perkembangbiakan secara verbal itu. Hal itu contohnya hidup saling menghormati, kebebasan, kesetaraan, persaudaraan dan banyak hal lainnya,'' tegasnya. Semua itu telah ada di Islam. Bukan kini lagi hidup dan baru diomongkan di negara barat.