REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena alam gerhana bulan yang akan terjadi besok malam diperkirakan akan berdampak pada kenaikan pasang surut air laut. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya banjir rob atau banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Jupan Royter, pihaknya telah siap siaga berkoordinasi dengan Pemprov DKI dalam menangani berbagai bencana alam. "Berdasarkan para ahli kan banjir rob kemungkinan ada. Kami sudah siap untuk mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem, musim hujan dan bencana alam lainnya," ujar Jupan Royter kepada Republika.co.id, Selasa (30/1).
Menurut Jupan, Gubernur DKI Anies Baswedan sudah mengingatkan kepada seluruh SKPD DKI Jakarta untuk melakukan antisipasi terhadap cuaca ekstrem. Selain itu, seluruh SKPD dari wali kota sampai perangkat daerah di ibu kota juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengantisipasi terjadinya bencana alam apa pun.
"Dengan banyaknya pemberitaan media juga menjadi sosialisasi untuk masyarakat," kata Jupan.
Sementara itu, menurut Astronom Observatorium Bosscha, Evan Irawan Akbar, gerhana bulan tidak berpengaruh ke kehidupan, hanya membuat pasang surut air laut lebih tinggi dari biasanya. "Jadi kalau dibandingkan dengan kenaikan air laut biasanya, cuma berbeda 25 persen. Potensi banjir lebih disebabkan oleh topografi/bentuk permukaan daratan. Misalnya apakah bibir pantai lebih rendah dari muka air laut," ujar Evan.
Evan menjelaskan, gaya pasang surut saat gerhana bulan kali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gaya pasang surut saat supermoon biasanya. "Jadi kalau lokasinya bukan kawasan pantai yang langganan banjir, tidak akan terjadi apa-apa," katanya.